Rencana

21 3 2
                                    

[Part 49]

Huaaa, gatau sebelum tahun 2022, nih cerita udah tamat atau belum. Pengennya sih akhir tahun 2021 ini tamat. Tapi gatau bisa atau enggak😭🤲🏻

Mohon doanya manteman

Ditemani secangkir teh hangat dan cemilan ringan, semakin membuat lelaki itu lancar mengetikkan sesuatu di laptop miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ditemani secangkir teh hangat dan cemilan ringan, semakin membuat lelaki itu lancar mengetikkan sesuatu di laptop miliknya. Di tambah lagi udara pagi ini benar-benar menyejukkan, tidak ada satupun orang yang mengganggunya. Ah, kalau seperti ini terus, Pangeran bisa dengan cepat menyelesaikan bukunya.

"Sedikit lagi, mungkin kalau ditambah bubuk konflik sedikit sebelum ending, mantap kali ya?"

Pangeran kembali menghirup teh hangat miliknya. Lelaki itu sudah berhadapan dengan laptop dari semalam, lanjut lagi subuh sampai pagi seperti sekarang ini. Kedua netra Pangeran menyipit saat merasakan ada keganjalan yang dia tulis. "Kalau seperti ini, gak seru dong. Ah, ganti aja."

Hapus, tulis, hapus, tulis. Begitulah seorang penulis. Membuat cerita memang menguras otak, waktu, dan tenaga. Tetapi Pangeran menyukainya.

Setelah mengetikkan beberapa paragraf di sana. Pangeran bangkit, lelaki itu menghembuskan napas berat. "Finally! Selesai juga. Semoga buku kali ini bisa dibaca oleh sang peran utama."

Baru saja ingin membereskan semuanya, tiba-tiba saja bel rumahnya berbunyi. Kedua alis Pangeran menyatu, siapa yang datang pagi-pagi seperti ini?

Dengan cepat Pangeran membuka pintu gerbang rumahnya, menampil sosok lelaki yang memakai hoodie Navy dan celana jeans hitam. Lelaki itu mengulurkan tangannya, membuat dahi Pangeran berkerut bingung. "Kenapa, Nol?"

"Maaf."

"Ha? Bukannya kita sudah baikan ya di sekolah kemarin?"

"Waktu itu kamu gak salah apa-apa, terima kasih karena kamu aku jadi tahu yang sebenarnya."

Pangeran menerima uluran tangan itu, keduanya berjabat tangan. "Maaf buat apa?"

"Maaf selama ini aku selalu mencurigai kamu, dan gak pernah percaya dengan apa yang kamu katakan. Ternyata aku salah."

Pangeran tersenyum lantas merangkul teman sebangkunya itu. "Masuk dulu, gak sopan bicara di luar seperti ini."

Arnol mengangguk sembari melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah Pangeran. Pandangan Arnol beralih ke arah laptop dan beberapa cemilan yang ada di teras rumah. "Habis ngerjain apa nih?"

Pangeran terdiam beberapa saat, dia bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin Pangeran mengatakan kalau dia habis menyelesaikan bukunya. "Ha? Engh, enggak kok. Habis nonton aja di laptop."

Arnol mengangguk paham. Kini kedua insan itu duduk di atas sofa ruang tamu. "Mau minum apa, Nol?" tanya Pangeran.

"Gak perlu, aku ke sini cuma sebentar."

SNOW BLACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang