Misteriusnya Pekerjaan Alfon

18 5 0
                                    

[Part 58]

Arnol, Rani, dan Pangeran membuang napas lelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arnol, Rani, dan Pangeran membuang napas lelah. Ketiga insan itu memutuskan untuk membeli air minum dingin sembari melanjutkan perjalanan. Rani menunggu Pangeran dan Arnol yang masuk ke dalam indomaret, gadis itu lebih memilih untuk menunggu di luar seraya menghilangkan penat.

Sudah hampir semua perusahaan yang ada di kota Jakarta mereka datangi, hanya untuk menanyakan apakah seorang 'Alfon' berkerja di sana atau tidak. Tetapi, nihil, hari sudah semakin sore dan mereka belum menemukan petunjuk apapun.

Arnol izin kepada Bunda Deby untuk tidak berkerja hari ini. Setelah mengantar dan memastikan Aca pulang dengan aman, Arnol mengajak Pangeran dan Rani untuk mencari Ayahnya. Tentu saja kedua insan itu tidak menolak.

"Ran, minumnya." Arnol memberikan satu botol aqua dingin untuk sahabatnya itu.

"Thanks, Nol."

"Tinggal satu perusahaan lagi yang belum, di ujung sana!" tunjuk Pangeran menggunakan jari telunjuknya. Lelaki itu meneguk habis minumannya.

Rani menghela napas pelan, tidak sanggup rasanya kembali duduk di atas motor dalam waktu berjam-jam. Pinggangnya seperti mau patah. Sungguh, Rani ingin berbaring saja.

Arnol melirik Rani sekilas, melihat raut wajah sahabatnya yang nampak sangat kelelahan. "Ran, kamu aku anter pulang aja, ya?"

Rani membulatkan netra, dengan cepat gadis itu bangkit dari duduknya. "Enggak! Gu-gue mau ikut!"

"Tapi, kamu kayaknya capek banget."

"Enggak kok, biasa aja."

Dahi Arnol berkerut mendengar jawaban itu. "Yakin?"

"Yakin!"

Arnol mengangguk, lelaki itu meraih tangan Rani dan menariknya ke arah motor. "Yauda, ayo kita lanjutin perjalanannya."

"Se-sekarang?"

"Iya, sekarang."

Rani menelan salivanya. "Yauda, ayo!"

Ketiga insan itu kembali melanjutkan perjalanan. Mereka menggunakan dua motor. Pangeran sengaja meminjamkan motor keduanya untuk Arnol. Kini, Arnol bersama Rani menggunakan motor yang sama, sedangkan dia sendirian.

"Nol, bawa motornya pelan-pelan aja, ya," pinta Rani.

Arnol mengangguk. "Pa, kamu yang pimpin jalan."

Pangeran mengacungkan jempolnya. "Woke!"

Sudah hampir satu jam mereka di perjalanan. Rani melingkarkan tangannya di pinggang Arnol dengan erat, kedua netra gadis itu rasanya sangat berat. "Nol, gue ngantuk."

"HAH?" Arnol sedikit berteriak, tidak mendengar apa yang Rani katakan. "KENAPA, RAN?"

Rani tidak menjawab. Siapa sangka? Gadis itu justru sudah tertidur. Kepalanya dia sandarkan di punggung Arnol, tangannya memeluk Arnol dengan erat.

SNOW BLACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang