Masalah baru

67 9 38
                                        

Arnol memarkir sepedanya, dia berjalan dengan perlahan memasuki cafe itu, mengikuti kemanapun ayahnya pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arnol memarkir sepedanya, dia berjalan dengan perlahan memasuki cafe itu, mengikuti kemanapun ayahnya pergi. Di sana, Arnol melihat Alfon tengah bersalaman dengan seseorang, keduanya saling menyapa, lantas duduk dan mulai memesan makanan. Arnol menyipitkan matanya. Sial. Arnol tidak dapat melihat dengan siapa ayahnya berbicara, posisi orang tersebut saat ini membelakanginya.

Arnol mencoba untuk sedikit lebih dekat, sambil membawa buku menu, Arnol terus menutupi wajahnya. Semoga saja ini benar-benar hari keberuntungannya, Arnol berharap dia tidak ketahuan.

Baru saja ingin melangkahkan kaki agar semakin dekat dan dapat mendengar apa yang ayahnya bicarakan, tiba-tiba saja Alfon dan orang tersebut langsung berdiri. Spontan membuat Arnol sedikit mundur dan menjaga jarak, Arnol langsung bersembunyi.

Lagi, Arnol melihat ayahnya kembali bersalaman, tetapi kali ini seperti tanda perpisahan. "Udah selesai?"

Arnol berlari cepat meninggalkan cafe yang nuansa berwarna coklat itu. Langkah Arnol terhenti saat memperhatikan orang yang merupakan teman bicara ayahnya tadi mulai memasuki mobil miliknya, Arnol masih tidak dapat melihat wajah lelaki tersebut. Tunggu, sepertinya Arnol pernah melihat mobil itu, tapi di mana?

Arnol memukul-mukul kepalanya, kenapa mendadak dia menjadi pelupa seperti ini.

Secara bersamaan pula, Alfon keluar dari cafe dan mulai memasuki mobilnya. Arnol kembali mengikuti ayahnya. Ternyata, Alfon tidak pergi kemanapun, lelaki paruh baya itu pulang ke rumah.

Hanya seperti itu?

Sungguh?

Singkat sekali pertemuan mereka.

Arnol memasuki rumahnya, sepeda yang dia pakai tadi sudah dia letakkan di tempat semula. "Ayah dari mana?"

Langkah Alfon terhenti. "Kau bicara kepada saya?"

"Ayah dari mana?" ulang Arnol lagi.

"Bukan urusanmu."

Arnol berdecak. "Arnol boleh bertanya?"

Netra Alfon menyipit, memperhatikan lelaki di hadapannya dengan lekat. "Perihal apa?"

"Pekerjaan ayah. Ayah berkerja sebagai apa?"

Seketika, netra Alfon membulat. Arnol dapat melihat dengan jelas bahwa ayahnya itu tampak terkejut dan bingung harus menjawab apa.

"Jawab, ayah."

"Ch. Peduli apa kau dengan pekerjaan saya? Urus saja dirimu sendiri."

Arnol menggeram. "Jadi, ayah tidak mau memberi tahu?"

"Untuk apa juga memberitahumu, bodoh!"

"Oke, fine, aku akan cari tahu sendiri," Arnol melangkahkan kaki, meninggalkan ayahnya sendiri.

***

Arnol berjalan ke sana kemari, raut wajahnya seperti kebingungan. Lelaki berlesung pipi itu menggigit bibir bawahnya, mengacak-acak rambutnya frustasi. Sungguh, Pangeran benar-benar membuatnya resah, bagaimana kemarin barusan terungkap kalau Pangeran menggunakan teknik menghipnotis, membuat Arnol sedikit pesimis untuk menangkapnya.

SNOW BLACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang