Persahabatan dan Masa lalu

57 8 51
                                    

Pagi ini benar-benar cerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini benar-benar cerah. Mungkin bagi beberapa orang, kemunculan matahari adalah hal yang ditunggu-tunggu. Tapi, tidak dengan gadis satu ini. Rani berjalan dengan lemas, tubuhnya benar-benar tidak semangat seperti biasanya. Apalagi semalam dia tidur sangat larut hanya untuk mencari tahu keberadaan ayahnya. Kedua netra gadis berambut sebahu itu juga sedikit sembab, Rani benar-benar urakan pagi ini.

"Kak Rani!"

Rani menoleh, lalu tersenyum manis, dia memang tipikal gadis yang sangat pandai menutupi kesedihannya. Seperti sekarang, Rani menampilkan raut wajah yang seakan tiada masalah di hidupnya, dia langsung tersenyum ceria. "Hm? Kenapa, Ca? Mau nanya perihal kak Reno, ya? Ya? Ya? Ya?" Dengan gemas Rani mentoel-toel pipi adik kelasnya itu. Sengaja sedikit menggoda Aca.

Aca tersenyum malu, pipinya langsung memerah. "Kakak ih! Enggak tau!"

"Hahaha, ya terus apa dong?"

Keduanya berjalan beriringan. Aca memperhatikan Rani dengan lekat, netranya yang bak bulan sabit itu tak henti-hentinya menatap Rani. "Kakak ada masalah, ya?"

Langkah Rani terhenti. "Eh?"

"Kakak ada masalah?"

Dengan cepat Rani menggeleng. "Enggak, kok."

Kedua netra Aca menyipit. "Yakin? Tapi, kakak seperti habis menangis."

Spontan membuat Rani langsung memegang kedua netranya. "Emang iya? Tapi kakak gak nangis ah."

Keduanya sudah berada di lantai satu. Kelas Aca juga sudah terlihat di ujung sana. "Yauda, kalau gitu Aca masuk ke kelas duluan ya kak, dah."

Baru saja ingin melangkahkan kaki, Rani lebih dulu menggenggam tangan adik kelasnya itu. "Tunggu."

"Kenapa, kak?"

"Mumpung sekolah masih sepi, kakak mau bicara sama kamu, boleh?"

Dengan cepat gadis berambut ikal panjang itu mengangguk. "Boleh, boleh banget malah. Mau bicara apa?"

Rani melepas genggaman tangannya, gadis berambut sebahu itu tersenyum. "Kamu suka ya sama kak Reno?"

"Hng, kakak mau bicara perihal itu, ya? Gak bicarain hal lain aja, kak?"

"Enggak. Ayo jawab, Aca. Kalau kamu benaran suka sama cecunguk satu itu, kakak bisa bantu kamu kok."

Netra Aca membulat mendengarnya, dia sudah mendapatkan lampu hijau dari sahabat idolanya sendiri. Tetapi, Aca masih tertunduk malu. "Be-beneran kak?"

Rani memegang dagu adik kelasnya itu, membuat Aca berhenti menunduk. Gadis bertubuh minimalis itu menatap Rani dengan lekat. "Lihat kakak, apa kakak kelihatan bercanda? Lagi pula, kakak sangat senang jika sahabat kakak itu tidak hidup sendiri lagi. Kamu tahu? Dia itu sangat miris kalau soal percintaan."

SNOW BLACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang