Tujuh Kurcaci

33 7 57
                                    

[Asik, udah part 40]

Selamat membaca!

Selamat membaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arnol memarkirkan motor di teras rumah sahabatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arnol memarkirkan motor di teras rumah sahabatnya. Rani sudah turun lebih dulu, masuk kedalam rumahnya seraya mempersiapkan makan dan minuman untuk sahabat-sahabatnya. Karena sepertinya, hari ini adalah hari yang panjang untuk membahas clue yang Arnol pecahkan semalam. Sungguh, Rani benar-benar geram, kapan sih dia bisa menemukan Pangeran si pembunuh gila itu?

Arnol melepas helm yang dia kenakan. Merapikan seragam sekolahnya yang sedikit berantakan. Arnol juga sesekali melihat dan memperhatikan luka yang ada di lengan kanannya, luka itu sudah hampir mengering. Membuat tulisan A2 semakin terlihat jelas. Arnol mengerutkan dahinya. Tidak bisa kah pikirannya berhenti dihantui rasa penasaran seperti ini? Karena tidak mengerti, Arnol merasa seperti menjadi manusia yang tidak tahu apa-apa.

Manusia yang bodoh.

Arghh. Arnol mengacak-acak rambutnya hingga berantakan. Banyak sekali hal yang harus dia cari tahu sekarang. Terlebih lagi soal ayahnya, kemana ayahnya itu pergi? Kenapa ayahnya mendadak satu spesies seperti Fadhil? Hilang begitu saja.

"Mas Arnol?"

Eh? Arnol sontak kaget, memutar tubuhnya, mencari siapa yang memanggilnya. Ternyata Mbak Ayu; salah satu asisten rumah tangga Rani. "Ono opo toh, mbak?"

Mbak Ayu terkekeh pelan, menurutnya sejak kecil Arnol memang tidak pernah berubah. Arnol adalah anak yang kuat, tampan, dan juga sangat pintar. Apalagi beberapa hari yang lalu Arnol sempat terpukul hebat, karena kehilangan sang Ibu dan juga Pak Jaja yang sering Arnol bangga-banggakan. Ditambah lagi, sekarang Ayah anak itu ntah kemana. Mbak Ayu menggelengkan kepalanya pelan, kalau saja dia yang berada di posisi Arnol, mungkin dia sudah gila, tidak tahu harus apa. Karena satu persatu bagian hidupnya telah hilang.

"Mbak?"

"Ya?" balas Mbak Ayu sembari tersadar dari lamunannya.

"Loh?" Arnol mengerutkan dahinya. "Mbak yang manggil Arnol, ada apa?"

SNOW BLACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang