Terungkap IV

24 4 6
                                    

[Part 52]

Arghh, pengen cepet tamat, serius!

Pengen bikin cerita baruuu

Arnol terus mengetuk-ngetuk pintu kamar Rani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arnol terus mengetuk-ngetuk pintu kamar Rani. Lelaki itu sudah hampir dua jam berdiri di sana, namun tidak ada jawaban apapun. Rani mengurung dirinya di kamar, dia tidak mau menemui Arnol ataupun Reno untuk saat ini.

"Buka, Ran!"

Arnol menarik napas sejenak, lalu membuangnya kasar. "Ran, buka, Ran!"

"Sudahlah Arnol, biarkan dia sendiri dulu." Tio yang sejak tadi terus memperhatikan Arnol kini membuka suara. Lelaki itu tidak tega melihat Arnol yang sudah berjam-jam menunggu Rani keluar dari kamarnya.

Arnol mendengus pelan. "Tapi, Kak──"

Tio merangkul partnernya itu. "Kalau Rani udah keluar, nanti saya sampaikan."

"Bilang sama Rani kalau Arnol minta maaf, Kak."

"Iya, nanti saya sampaikan. Sekarang, kamu pulang ke rumah dulu, ganti pakaian, tenangin diri, kalau butuh apa-apa telpon saya."

Rasanya berat sekali untuk melangkahkan kaki. Dalam beberapa detik, Arnol masih terus memandang pintu kamar yang masih tertutup rapat itu, dia berharap agar pintu tersebut segera terbuka dan dia bisa masuk untuk menjelaskan semua yang Rani dengar tadi di sekolah. Ya Tuhan, Arnol mohon bantu Arnol.

Arnol menghitung dalam hati. Lelaki itu berjalan mundur, masih terus memperhatikan kamar Rani.

Satu.

Dua.

Tiga.

"Arnol, pulanglah. Kalau kamu di sini, saya nanti tidak bisa bicara dengannya."

Empat.

Arnol mohon, semoga sebelum hitungan ke lima, pintu itu sudah terbuka.

Li──

Arnol membuang napas pasrah. "Lima."

Nihil. Pintu tersebut masih enggan untuk terbuka. Arnol berdecak kasar, lelaki itu memukul-mukul udara hampa di hadapannya. Perasaannya antara kesal, marah, dan sedih menjadi satu. Arghhhh!

Sementara di sini lain, seorang lelaki yang hanya mengenakan kaos putih polos dan celana hitam pendek itu terus diam lantaran mengecat semua hal yang ada di hadapannya. Ntah itu batang pohon, kursi, ranting, gazebo, atau bahkan bunga-bunga cantik milik Wulan yang sengaja Reno semprot menggunakan cat semprot miliknya.

Sudah hampir dua jam Reno menghabiskan waktu dengan cat-cat kesayangannya itu. Bahkan sudah beberapa dinding yang awalnya polos biasanya saja, menjadi begitu berwarna karena ulahnya. Tetapi, lukisan yang Reno buat kali ini benar-benar berantakan. Tidak seperti biasanya.

SNOW BLACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang