PERINGATAN⚠️
•BANYAK KATA-KATA & ADEGAN KASAR, MOHON UNTUK TIDAK DITIRU!!!!
•BEBERAPA PART DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA BACA!
•18+ (ADEGAN PEMBUNUHAN)
•DIPENUHI TEKA-TEKI
•MEMBUAT KALIAN SUSAH MOVE ON
•MENGANDUNG BOMBAY
•DAPAT MEMBUAT MATA KAL...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Arnol berjalan santai di koridor sekolah, menuruni anak tangga dengan perlahan. Kedua tangan dia masukkan ke dalam saku celana, rambutnya yang sedikit berantakan justru membuat lelaki itu semakin tampan. Arnol bersiul sepanjang perjalanan, hatinya sangat senang hari ini, permohonan untuk pemasangan Cctv sudah dia ajukan kepada kepala sekolah. Hanya menunggu pemasangannya saja. Setidaknya, mempermudah dia dalam menyelesaikan kasus ini.
Saat ini, Arnol menuju lantai satu; kelas X. Arnol sudah berdiri di depan pintu kelas seseorang, hanya menunggunya keluar saja.
Tidak butuh waktu lama, seorang gadis bertubuh minimalis keluar dari dalam kelasnya. Dengan rambut ikal panjang dan jaket pink yang dia kenakan sukses menarik ujung bibir Arnol. Lelaki itu tersenyum.
"Kak Arnol? Ada apa kak?"
"Thanks ya, buat yang kemarin."
Aca mengangguk paham, ternyata kakak kelasnya itu hanya mau mengucapkan terima kasih karena telah membantunya kemarin. Kalau orang lain di posisinya juga pasti akan membantu, siapa yang bisa melihat orang babak belur, luka-luka, tetapi hanya berdiam diri saja? Ck. Kalaupun ada, dia pasti gak punya hati.
"Ah itu, santai kak, lagian bukan cuma Aca doang yang bantu, ada kak Pangeran juga."
Arnol menganggukkan kepalanya.
"Btw, itu gimana pipi kakak? Masih sakit, kah?"
Arnol spontan langsung memegang pipi kanannya yang dibalut plester. "Enggak kok, cuma luka kecil."
Aca mengangguk. "Eh bentar kak, Aca mau nitip sesuatu."
Arnol diam sesaat, masih setia di depan pintu. Menatap punggung gadis yang kembali masuk ke dalam kelasnya. Lelaki berlesung pipi itu memilih untuk duduk saja, kebetulan di depan kelas Aca disediakan tempat duduk. Arnol memainkan ponselnya seraya menunggu gadis itu kembali keluar.
"Kak?"
Arnol mendongak. "Ya?"
"Ini," Aca menyodorkan kotak kecil berwarna hitam. "Nitip ya, buat kak Reno hehe."
Arnol menatap kotak itu beberapa saat, lantas menerimanya dengan senang hati. Ternyata hanya dia yang terlalu berharap.
"Makasih ya, kak."
Arnol tersenyum. "Okey, sama-sama."
Arnol pun pergi meninggalkan adik kelasnya itu. Tapi tunggu, kenapa rasanya sakit melihat Aca memberikan hadiah kepada sahabatnya sendiri?
Arnol berdecak, lantas menepis jauh perasaan itu. Sesuai peraturan hidupnya, tidak ingin memiliki perasaan kepada siapapun.
***
Baru saja melangkahkan kaki masuk ke dalam kelas, Arnol sudah diberikan pemandangan yang indah. Ya, melihat kedua sahabatnya itu perang mulut. Always bacot.