PERINGATAN⚠️
•BANYAK KATA-KATA & ADEGAN KASAR, MOHON UNTUK TIDAK DITIRU!!!!
•BEBERAPA PART DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA BACA!
•18+ (ADEGAN PEMBUNUHAN)
•DIPENUHI TEKA-TEKI
•MEMBUAT KALIAN SUSAH MOVE ON
•MENGANDUNG BOMBAY
•DAPAT MEMBUAT MATA KAL...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ketiganya kini mencari tempat yang sepi, tentunya tempat yang paling aman. Tempat yang menjadi saksi kali pertama mereka memecahkan clue yang ada pada buku dongeng putri salju.
Iya, di gudang.
"Kenapa harus di sini, sih?" protes Rani.
"Pake ditanya lagi. Ya, ini satu-satunya tempat yang paling aman lah," balas Reno.
Rani terpaksa menyetujui. Keduanya kini menatap Arnol dengan lekat, sahabatnya itu terduduk di lantai dengan napas yang memburu, peluh yang bercucuran, dan sangat urakan. Seperti bukan Arnol yang mereka kenal.
Rani berjongkok, memegang bahu Arnol dengan perlahan. "Nol? Ayo cerita, lo tadi kenapa?"
Arnol menelan salivanya. Lelaki itu berdiri dengan cepat, disusul Rani yang kini juga ikut berdiri. Arnol menatap Reno dan Rani bergantian. "Jujur ke aku, apa yang kalian sembunyikan?"
Reno dan Rani saling pandang, keduanya tidak mengerti.
"Nol?" tanya Rani heran.
"JUJUR! AKU MAU KALIAN JUJUR!" bentak Arnol. Volume suara lelaki itu seketika naik, membuat Reno dan Rani menegang takut. Sungguh, ini kali pertama mereka melihat Arnol seperti ini.
"Pa-Pangeran bilang apa sama lo?" tanya Reno, berusaha memberanikan diri.
Dada Arnol naik turun dengan cepat, butir-butir peluh semakin cepat bercucuran dari dahinya. Wajah lelaki itu merah padam. "Aku cuma mau kalian jujur. Apa ada yang kalian sembunyikan dari aku?"
Rani menggeleng cepat. Memegang lengan sahabatnya itu. "Gak ada, Arnol. Memangnya apa yang Pangeran katakan, sampai-sampai lo kek gini?"
Kedua tangan Reno mengepal dibalik saku celananya. Sial! Pangeran pasti sudah meracuni pikiran Arnol. Sekarang, apa yang harus Reno katakan? Apakah dia harus jujur sekarang? Tidak, tidak. Ini bukan waktu yang tepat.
Arnol menatap Reno dengan tajam. Reno yang melihat sahabatnya seperti itu, terdiam mematung. "Nol... gu-gue juga gak ada. Memangnya apa yang gue tutupin dari lo? Kita 'kan udah janji gak akan ada rahasia apapun di antara kita."
Arnol terdiam. Lelaki beralis tebal itu menarik napas panjang, lalu mengeluarkannya lewat mulut. Rani mengusap pelan punggung sahabatnya itu. "Tenangin diri dulu."
"Pangeran itu licik, Arnol. Mungkin dia gak suka kita bersahabat. Makanya dia bilang yang enggak-enggak, lo jangan gampang percaya," ujar Reno kesal.
Rani mengangguk bertanda setuju. "Betul, mena mungkin kita menyembunyikan sesuatu dari lo. Memangnya, Pangeran tadi bilang apa, sih?"