[Part 58]
Seorang lelaki belajar dengan sangat serius. Sejak tadi, senyum tak pernah lepas dari wajah tampannya itu. Alvino benar-benar sangat bahagia. Seperti sekarang, dia sangat bersemangat mengikuti pembelajaran. Semua guru-guru yang sempat berhenti dari pekerjaannya, kini telah kembali.
Meskipun satu angkatan tetap berjumlah 50 peserta didik. Tetapi Alvino memaklumi itu, mungkin tahun depan akan banyak anak-anak yang kembali ke sekolah ini. Atau juga saat tahun ajaran baru, Alvino tak sabar ingin melihat adik-adik lucunya. Yang terpenting sekarang tenaga kerja sudah kembali seperti dulu. Sekolah juga nampak jauh lebih bersih dan asri.
Alvino, Romi, dan Rasya sukses membuat kepala sekolah bangga. Sangat bangga! Tidak henti-hentinya sang kepala sekolah menanyakan apa yang telah Alvino dan teman-temannya itu lakukan sehingga bisa mengungkapkan kebenaran seperti ini. Tentunya Alvino selalu menyebut nama Arnol dan Pangeran, dua pemuda yang sangat banyak menginspirasinya.
Baginya, Arnol adalah orang yang tidak mudah menyerah, berani mengambil keputusan dan siap menerima resiko apapun itu, Al sangat kagum dengan keberanian Arnol, apalagi dengan ketelitian lelaki itu. Arnol sangat cocok menjadi detektif, pikirnya. Sedangkan Pangeran, Al sangat salut akan kesabaran yang Pangeran miliki, ya, meskipun awalnya Alvino sedikit takut dengan lelaki itu, tetapi ternyata Pangeran tidak seburuk yang Alvino pikirkan.
Alvino menatap papan tulis dan mendengarkan apa yang tengah dijelaskan oleh gurunya itu.
"Al, Bu Sari makin cantik aja, ya."
Alvino mengerutkan dahinya saat mendengar apa yang Rasya katakan. "Iya, cantik."
"Tapi masih cantik-kan gue kemana-mana, sih."
Al bergidik geli mendengarnya. Lelaki itu lebih memilih untuk kembali diam dan mendengarkan penjelasan yang Bu Sari berikan.
"Eh, BTW, Kak Arnol apa kabar? Masih tetap ganteng 'kan?" tanya Rasya, gadis itu menatap Alvino dengan lekat, menunggu jawaban dari teman sebangkunya itu.
"Kalau lo liat gue masih ganteng, ya, berarti itu juga yang terjadi sama Kak Arnol."
"Dih, najis!"
Alvino terkekeh.
"Kalau dilihat-lihat sih Kak Pangeran boleh juga lho, Al. Lo punya nomor dua insan tampan itu 'kan?" Rasya menggoyang-goyangkan lengan Alvino, membuat Al berdecak karena Rasya menganggunya menulis. "Bagi dong!"
"Rasya! Gue lagi nulis, tuh 'kan kecoret."
Rasya menekuk wajahnya. "Sorry."
"Lagian, lo kenapa sih ngotot banget mau nomor mereka?"
Rasya tersenyum mesem. "Mau taaruf."
Al melototkan kedua netranya. "Gila! Lo masih SMP, Rasya!"
"Kok lo nyolot sih? Taaruf itu artinya perkenalan. Ya, gue pengen kenalan sama mereka. Emangnya salah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SNOW BLACK
FantasyPERINGATAN⚠️ •BANYAK KATA-KATA & ADEGAN KASAR, MOHON UNTUK TIDAK DITIRU!!!! •BEBERAPA PART DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA BACA! •18+ (ADEGAN PEMBUNUHAN) •DIPENUHI TEKA-TEKI •MEMBUAT KALIAN SUSAH MOVE ON •MENGANDUNG BOMBAY •DAPAT MEMBUAT MATA KAL...