Damai

15 5 0
                                    

Hi, Juni kembali. Maaf udah vakum selama beberapa bulan, hehe.

Juni lagi ujian, sekarang juga mau fokus ngurus kuliah dulu, doain ya..

[Part 59]

"Minumnya, Bang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Minumnya, Bang."

Arnol menghentikan aktivitasnya. Ditatapnya segelas air yang diberikan seseorang kepadanya. "Aca, kenapa kamu keluar dari kamar?"

Aca terkekeh pelan. "Mau liat Abang kerja, hehe."

Arnol tersenyum tipis. Lelaki itu mengambil segelas air yang Aca berikan, meneguknya sampai habis, lalu memilih untuk duduk di atas rumput-rumput kecil.

Aca ikut duduk di samping Arnol. "Bang, salah gak sih kalau Aca benci sama orang tua Aca sendiri?" tanya Aca secara tiba-tiba. Membuat Arnol mengerutkan dahinya.

"Salah dong. Gak boleh benci sama orang tua sendiri."

"Meskipun mereka udah jahat sama Aca?"

Arnol terdiam beberapa saat. Dia tahu apa yang ada di dalam pikiran Aca sekarang, Arnol juga dapat merasakannya. Bedanya, orang tua Arnol jahat karena terus memukul dirinya, dari kecil hingga besar seperti sekarang ini. Sedangkan Aca, kedua orang tua gadis itu malah membuangnya. Arnol rasa, mungkin ada alasan dibalik itu semua.

"Sejahat apapun mereka, mereka tetap orang tua kamu, Aca," balas Arnol.

"Tapi Bang, mereka membuang Aca dengan sengaja. Apa Aca bukan anak yang mereka inginkan, ya?"

Tangan Arnol naik untuk mengelus pelan pucuk kepala Aca. "Mereka melakukan itu pasti punya alasan. Tuhan itu tidak tidur, Aca minta petunjuk sama Tuhan, ya. Serahkan semuanya pada Tuhan, niscaya dia pasti akan mengungkapkan semuanya. Aca gak boleh nyerah."

Aca mengangguk cepat, gadis itu tersenyum manis menatap Arnol. Sungguh, kenapa saat berada di samping Arnol, Aca seperti mendapatkan berjuta-juta ketenangan di hatinya. Yang awalnya Aca ingin marah dan berburuk sangka kepada orang tuanya sendiri, tetapi saat bercerita dengan Arnol, kakak kelasnya itu justru membuat hati Aca semakin damai dan selalu berpikiran positif.

Perlahan, tangan Arnol turun untuk merangkul adik kelasnya itu. Membawa Aca ke dalam dekapannya. Kini kedua insan itu diam sembari menatap birunya langit. "Makasih ya, Bang," ujar Aca.

"Makasih buat apa?"

"Makasih udah mau jadi bagian dari hidup Aca, udah mau jadi Abangnya Aca. Aca jadi gak ngerasa kesepian lagi."

Arnol tersenyum manis, membuat kedua lubang di pipi lelaki itu terlihat jelas. "Sama-sama, makasih juga udah mau jadi Adiknya Abang."

Senyum tak pernah lepas dari wajah gadis bertubuh minimalis itu. Arnol melepas rangkulannya pada tubuh Aca, mengajak Aca untuk berdiri dan segera menyuruhnya untuk kembali ke dalam kamar. "Masuk gih, jangan lupa kunci pintu kamarnya, jangan bukain pintu untuk orang asing. Kalau ada apa-apa telpon Abang, oke?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SNOW BLACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang