A2?

161 25 105
                                    

⚫️👅

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚫️👅

Arnol melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Seperti biasa, selalu ada Alfon yang tengah menonton televisi dengan satu cangkir kopi hitam di tangannya. Ia menghirup nikmat air hitam pekat itu. Seakan tiada beban.

"Baru pulang?" tanya Alfon tanpa memandang Arnol, pandangannya masih fokus menghadap televisi.

"Iya, ayah."

"Telat 12 menit."

Arnol tertunduk. "Maaf." ucapnya.

Alfon tersenyum licik, ia berdiri memutar tubuhnya, mendekati lelaki berseragam sekolah itu dengan perlahan. "Itu bukan alasan, Tuan Arnol Schwarz." ucap Alfon halus, membuat orang lain merinding mendengarnya. Ia sengaja memberi penekanan pada kalimat Tuan Arnol Schwarz.

Arnol memejamkan matanya, nafasnya mulai tidak teratur, ia menunduk takut. Di dalam hati, ia terus berdoa untuk hari ini saja semoga sang ayah tidak melakukan kekerasan padanya.

Bugh!

Satu pukulan kasar menghantam pipi kanan anak malang itu. Spontan membuat tubuhnya terbanting jatuh ke lantai. Arnol memegang ujung bibirnya, sobek. Ya Tuhan, baru saja ia berdoa agar Alfon tidak melakukan kekerasan padanya, tapi apa? Tuhan tidak berpihak kepadanya kali ini.

"Time is money."

Arnol berusaha untuk berdiri. Menopang tubuh menggunakan tangan, memegang ujung bibir yang telah mengeluarkan sedikit cairan kental berwarna merah. Sebisa mungkin Arnol mengatur pernapasan, ia tidak boleh terlihat emosi di depan sang ayah.

"Ayah, ak──"

Bugh!

Satu hantaman kasar mendarat lagi dengan cepat di pipi sebelah kiri Arnol. Membuat Arnol kembali terjatuh. Harus ia akui, pukulan Alfon memang benar-benar mematikan, ia memiliki tenaga dan energi seperti sumo. Kuat dan besar.

Alfon menyeringai, lelaki paruh baya yang memakai kaos hitam itu menatap tajam ke arah Arnol. Arnol yang melihat tatapan tajam sang ayah menelan salivanya. Perasaan Arnol benar-benar tidak enak. "Ayah...."

Sedetik kemudian, pisau kecil nan runcing berada di tangan Alfon. Ia menatap Arnol yang tergeletak di hadapannya penuh dengan nafsu. "Arnol, kau tau ini apa?"

"A-ayah, please ja──"

"A-ayah, please ja──"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SNOW BLACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang