Terungkap

81 19 104
                                    

▪️▪️▪️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▪️▪️▪️

Arnol mengupat. Deru napasnya memburu, tangannya mengepal, rahangnya mengeras. Sialan. Tatapan Arnol dengan tajam mengelilingi lingkungan di sekitarnya, tidak terlewat satu incipun. Anak panah itu? Berasal dari mana?

"Kamu! Tunggu!"

Lelaki berhoodie navy itu berlari secepat kilat. Mengejar seseorang yang sangat mencurigakan, ngapain dia sembunyi di balik pohon? Dan pakaiannya juga aneh. Serba hitam. Atau, dia?

Napas Arnol menggebu-gebu, detak jantungnya tak terkendali, berdetak hebat. Dia berjongkok, meletakkan kedua tangan di lutut. Mengatur napas. Sialan, larinya benar-benar cepat. Arnol benar-benar geram, semakin lama seseorang tersebut semakin menjauh, dia benar-benar tidak kuat melanjutkan, napasnya tersengal-sengal.

"Brengsek!

Tunggu, arah itu?

Secepat mungkin Arnol mengambil benda pipih yang ada di saku celananya. Tangannya sedikit gemetar, kakinya juga masih terasa nyeri akibat lukanya yang belum benar-benar sembuh. Terdengar, Arnol menelpon seseorang.

"Ren, keluar rumah, cepat!"

"Apaansi, gue dari tadi udah di luar. Baru selesai mandiin si bleki kesayangan gue, haha. Btw, lo mau liat gak? Bleki kincl──"

"Kalau kamu liat ada orang pakai baju serba hitam lagi lari ke arah sana, kamu tangkep. Aku nanti nyusul."

Tutt. Telpon di matikan.

Reno mengerutkan dahinya, bingung. "Nih orang ya, gue belum kelar ngomong, udah main matiin aja. Terus, dia bilang apa tadi? Orang? Serba hitam?"

Lelaki berambut ikal itu memasang tubuh tangguh, berdiri tegak tepat di luar rumah, memantau. "Mana, anjir. Gak ada."

Tidak butuh waktu lama, seseorang berlari dengan napas yang menggebu melintas cepat tepat di hadapannya. "Nah, dapet lo──Arnol?"

"Kamu ngapain nangkep aku, jingan."

"Eh salah, maaf maaf. Mana orang yang lo bilang? Gak ada."

Arnol berdecak, kembali menormalkan napas. Lelaki itu jadi sedikit urakan, bulir-bulir keringat membasahi wajah tampannya itu. "Dia! Dia gak lewat sini?"

"Enggak, habis lo telpon, gue langsung standby di sini."

Sialan.

"Udah, masuk dulu, yok. Minum dulu, haus banget lo keknya."

***

"Jadi, lo ketemu bocah namanya Fadhil?"

Arnol meneguk habis jus jeruk yang telah disediakan. "Iya, tapi aku kehilangan jejak."

SNOW BLACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang