🥀Life isn't fair. It always is.🥀
🌹🌹🌹
Ayara menghentakkan kakinya pelan di dalam angkot menuju sekolahnya. Ia asyik mendengarkan musik dari earphone yang ia kenakan. Kepalanya sesekali bergoyang ke kanan dan kiri sambil menikmati setiap beat yang mengalun.
Driver's license. Itulah yang terputar dari ponsel Ayara.
"'Cause you said forever, now I drive alone past your street,'" senandungnya pelan.
"Neng, jangan banyak gerak! Pengap, nih," peringat ibu-ibu yang duduk di sebelah Ayara. Ia membawa banyak belanjaan di pangkuannya, sedangkan posisi duduknya sudah terhimpit kanan-kiri, depan-belakang.
"Eh iya, maaf, bu," ucap Ayara pelan lalu menghentikan gerakan kaki dan kepalanya.
Itulah rutinitas Ayara setiap paginya. Berangkat sekolah naik angkot padahal saudaranya sendiri diantar-jemput naik mobil pribadi oleh Ayahnya.
Alasannya? Karena mereka berbeda sekolah dan Ayahnya tak memiliki waktu banyak untuk menjemput kedua putrinya. Akhirnya Aryana, kakaknyalah yang dipilih untuk diantar jemput.
Tidak adil? Memang. Ketidakadilan sudah menjadi hal biasa bagi Ayara. Tak jarang ia menangis karena hal itu. Tetapi kunci bertahan hidup adalah beradaptasi, kan?
Ayara akhirnya tiba di depan gerbang sekolahnya. Bukan sekolah swasta elit, juga bukan sekolah negeri favorit. Hanya sekolah swasta biasa, tempat beberapa anak nakal bersekolah.
Sebenarnya Ayara bukanlah anak yang nakal. Ia juga bukan anak yang terlampau bodoh. Hanya anak yang kebetulan tidak jenius saja, sehingga tak mampu mengenyam pendidikan di sekolah negeri favorit. Karena orang tuanya tak terima dengan hal itu, mereka akhirnya menyekolahkan Ayara di sekolah swasta yang terhitung murah.
Jangan tanya Aryana bersekolah di mana, karena jelas ia bisa menyabet posisi sekolah negeri favorit.
Ayara melangkah masuk ke gerbang sekolah.
"Oi, Ay!" teriak Rania, sahabat sekaligus teman sebangku Ayara yang juga baru datang. Ia berlari menghampiri Ayara lalu langsung merangkul pundak Ayara, membuat gadis itu oleng sedikit.
"Hm, Ran," sapa Ayara balik.
"Lemes bener sapaan lo?" protes Rania.
"Lo aja yang terlalu bersemangat!"
"Hehe. Iya, nih. Gue lagi sugar rush," jawab Rania
"Lagi sugar rush? Tiap hari kali lo sugar rush!" cibir Araya.
"Masa, sih?" balas Rania cuek. "Eh, btw gue belum kerja fisika. Nyontek, ya?"
"Serah lo, dah! Gak ada baik-baiknya lo jadi sahabat!"
🌹🌹🌹
Kelas X IPA 1 adalah kelas yang tergolong pintar. Pintar versi sekolah ini jelas berbeda dengan pintar versi sekolah Aryana. Jadi jangan samakan penghuni kelas ini sebagai anak-anak jenius. Meskipun ada beberapa anak jenius di dalamnya, namun tetap saja lebih banyak yang hanya sedikit di atas rata-rata.
Rania asyik menyalin PR Ayara ketika sebuah notifikasi masuk ke ponsel Ayara.
Ayara melirik malas. Pasti anak itu lagi! batinnya.
Lo bener-bener gak mau ketemu gue?
Itulah isi pesan yang masuk.
G
Balas Ayara singkat.
Gue bener-bener butuh bantuan lo, Ay :(
KAMU SEDANG MEMBACA
AYARA [END]
Teen Fiction"I am matter." -Ayara- Tentang Ayara yang hidup di dalam keluarga toxic, yang selalu diperlakukan tidak adil, yang tak pernah dihargai. 🌹🌹🌹 "Seharusnya kamu bisa mencontoh kakak kamu." "Seharusnya kalian paham kalau perbandingan ini nggak akan me...