13

2.1K 295 13
                                    

🥀If only you knew how the world means nothing without you. You are matter to me, no matter what.🥀

-Rayyan-

🌹🌹🌹

"Ntar basket sama Kapuk, lo ikut?" tanya Bara di tengah pelajaran Ekonomi. "Dari tadi nggak muncul lo di group chat."

"Enggak, Bar. Gue mau kumpul sama anak ekskul band nanti," jawab Rayyan sambil pura-pura membaca bukunya.

"Wih, gila! Lo serius sama band-band itu?"

"Seriuslah! Lo kira gue selama ini nggak serius?" tanya Rayyan jengkel. "Lo kira gue nggak serius sama Aya?"

Bara menutup mulutnya untuk menahan tawa. "Jadi. serius sama band atau sama Aya?"

"Aya."

"Aya mulu lo seriusin. Masa depan lo, tuh, urusin!"

"Aya itu masa depan gue," jawab Rayyan lugas.

Bara hanya melanjutkan tawanya sambil menggelengkan kepala. Bara tidak tahu jika Rayyan hanya meminta Ayara untuk menjadi pacar pura-puranya. Yang ia tahu adalah Rayyan yang akan mengejar Ayara kemanapun gadis itu pergi, bahkan hingga ke ujung dunia sekalipun. Pokoknya harus bisa mendapatkan Ayara. Titik.

Ah, tetapi bukannya Rayyan sekarang memang benar-benar menyukai Ayara?

🌹🌹🌹

Hari Jumat ini adalah hari pertama mereka mulai bernyanyi di pujasera dekat sekolah Bina Bangsa. Mereka berkumpul di sekolah sambil membawa alat musik yang telah mereka bawa masing-masing. Laura membawa gitarnya, Kevin membawa bassnya, Hana membawa biolanya. Bahkan Seli pun membawa keyboard-nya sendiri. Sedangkan Rayyan membawa cajon sebagai pengganti drum.

Ayara sendiri tak membawa apapun, karena selain ia hanya bernyanyi, tak mungkin juga ia membawa gitarnya keluar dari rumah. Bisa langsung diinterogasi oleh orang tuanya jika sampai itu terjadi.

Tak lupa juga mereka membawa baju ganti, karena pihak sekolah melarang untuk beraktivitas di luar sekolah mengenakan seragam tanpa izin. Lagipula, mana asyik bernyanyi sambil mengenakan seragam?

Setelah siap, mereka pun berangkat menggunakan dua mobil. Yang pertama adalah mobil Seli, dan yang kedua mobil Rayyan.

Ayara? Jangan ditanya ia akan menaiki mobil siapa, karena Rayyan langsung menarik gadis itu masuk ke dalam mobilnya. Bersama dengan Laura dan Ari, Rayyan pun berangkat ke pujasera tersebut.

Pujasera Surya, itulah nama dari pujasera tersebut. Terpampang besar di pintu masuknya. Pujasera ini cukup luas dengan pilihan stand makanan yang banyak. Kesannya modern dengan nuansa warna coklat yang mendominasi, baik warna lantai, perabot meja kursi, dan lampu yang dominan warm white. Cukup nyaman untuk bersantai dan mengerjakan tugas.

Pujasera Surya sangat ramai, bahkan di sore hari. Ada banyak pengunjung yang duduk untuk berkumpul dan menikmati camilan, karena memang ada banyak stand makanan dan minuman ringan di pujasera ini. Meskipun begitu, kelas pujasera ini jelas masih sangat jauh berbeda dibanding kafe milik Kak Dhanny, tempat Ayara biasa bernyanyi di sana.

Bayarannya pun jangan dibandingkan karena bernyanyi di sini hanya akan dibayar secara sukarela oleh pengunjung. Tetapi melihat banyaknya pengunjung, seharusnya mereka masih bisa mendapatkan cukup banyak pundi-pundi uang.

Ayara berjalan ke salah satu meja di dekat stage, menemui seseorang yang sepertinya telah menunggunya.

"Aya, senang kamu bisa datang!" sambut seorang pria berusia 40 tahunan.

AYARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang