39

1.4K 223 26
                                    

Tak selamanya keluarga akan selalu menjadi tempat kita pulang.

🌹🌹🌹

"Aya?" Suara Kak Dhanny membuyarkan lamunan Ayara.

Ayara menatap sekelilingnya. Ternyata langkah kakinya tanpa sadar mengarahkan tubuhnya ke kafe milik Dhanny.

"Kamu kenapa, Ay?" tanya Dhanny khawatir. Ayara yang ada di hadapannya benar-benar berbeda dengan Ayara yang biasa ia lihat.

Ayara tersenyum tipis lalu menggeleng pelan.

Dhanny hanya mengangguk paham. Jelas Ayara ada masalah, dan jelas juga ia membutuhkan waktu untuk menenangkan diri. Entah seberat apa masalah yang Ayara hadapi, yang pasti itu sangat berat dan mengguncang Ayara.

Ayara hanya berdiri diam sambil menatap kosong kafe Dhanny.

"Masuk dulu, Ay. Biar aku bikinin minum. Oke?" pinta Dhanny sambil menyentuh lengan Ayara.

Tatapan kosong Ayara beralih ke Dhanny. "Nggak perlu, Kak."

"Nggak papa, Ay. Masuk dulu, ya." Dhanny pun menuntun Ayara masuk.

Tanpa tenaga untuk menolak, ia pun menurut. Ia duduk diam di salah satu kursi di pojok ruangan. Tempat yang sangat tepat untuk menyendiri.

"Hot chocolate spesial buat kamu. Free." Kak Dhanny datang tak lama kemudian sambil membawakan minum.

"Makasih, Kak," jawab Ayara serak.

"Sama-sama, Ay."

Ayara menggenggam gelas tersebut dan membiarkan hangat dari cangkir coklat panas itu mengalir ke tangannya.

"Mau aku temenin?" tawar Dhanny.

Ayara hanya menggeleng tipis tanpa mengalihkan tatapannya dari segelas coklat panas tersebut.

"Oke, kalau gitu aku ke sana dulu, ya," pamit Dhanny sambil menunjuk ke tempat Davina duduk. "Panggil aja kalau butuh apa-apa."

Ayara hanya diam. Hanya sebagian dari ucapan Dhanny yang masuk ke telinganya, sisanya tidak. Rasa-rasanya begitu susah untuk mencerna apa yang terjadi di hadapannya.

Dhanny tersenyum miris melihat sikap Ayara. Tetapi ia pun tak mampu berbuat banyak saat ini. Akhirnya ia pun berjalan menjauhi Ayara. Ayara mungkin butuh waktu.

Perlahan, Ayara menyesap hot chocolate yang asapnya masih jelas mengepul itu.

Hangat. Sama seperti perasaan yang ia rindukan.

Manis. Sama seperti sikap orang tua yang ia harapkan.

Pahit. Sama seperti kehidupannya.

Setiap rasa dari coklat itu membaur menjadi satu, mengeluarkan rasa yang begitu menenangkan. Ada manis sekaligus pahit.

Sayangnya, pahit di coklat ini tak pernah sepahit kehidupannya.

🌹🌹🌹

Penyanyi demi penyanyi bergantian mengisi stage di kafe milik Dhanny ini. Mereka semua memiliki suara merdu dan mampu menyihir penonton untuk ikut bernyanyi.

Ayara rindu masa-masa ini. Rindu masa di mana semua penonton menatap ke arahnya dengan penuh kagum.

Rindu mencari uang dengan menyanyi.

Rindu dengan kebebasannya.

Tetapi kerinduan itu rasanya terlalu susah untuk diwujudkan, bukan? Dan hal itu semakin menambah sesak di dadanya. Apakah ia bisa bebas setelah ini? Apakah mengorbankan hubungannya dengan keluarganya akan membuatnya lebih baik?

AYARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang