35

1.5K 211 1
                                    

Geng Kapuk memutuskan untuk berkumpul di markas, alias rumah Ega. Banyak anggota mereka yang terluka, meskipun tak begitu parah.

Ayara dan Rania pun memutuskan untuk ikut ke markas geng Kapuk. Rania juga ingin membantu mengobati Bara yang sama lebamnya dengan Rayyan.

Mereka sedang duduk di ruang tengah, di tengah-tengah keramaian geng Kapuk yang masih asyik membahas kerusuhan tadi.

Rania memiringkan kepalanya, seolah berpikir. "Apa ada hubungannya sama Kak Erlangga?"

"Mungkin?" gumam Ayara pelan. Entahlah, ia tak pernah paham dengan urusan tawuran ini. Ia juga tak peduli. Ia hanya ingin hidup dengan tenang. Titik.

"Sejak Kak Erlangga deket sama lo, Partial udah nggak pernah nyerang sekolah kita lagi." Rania masih terlihat berpikir. "Apa kalian ada masalah? Udah nggak deket lagi?"

"Iya," jawab Ayara. "Sejak gue nolak dia, dia berubah-"

"HAH?! LO DITEMBAK SAMA ERLANGGA DAN LO NOLAK?"

Teriakan Rania sontak membuat anggota geng Kapuk, termasuk Rayyan menoleh ke arah Rania.

"Ran, toa lo bisa dimatiin, nggak, sih?" protes Ayara kesal. Ia juga menatap jengah ke arah anggota geng Kapuk yang melihat ke arahnya. "Nggak usah lihat-lihat!"

"Sorry-sorry, Ay. Gue kelepasan," ucap Rania. Sedangkan anggota geng Kapuk lain dengan cepat mengalihkan padangannya dari Ayara. Kecuali Rayyan.

Ayara mendesah jengkel. "Memang lo mau gue nerima dia?"

"Enggak, sih. Cuma shock aja. Dan lagi-lagi lo nggak cerita masalah ini ke gue!"

"Iya, iya. Sorry," sahutnya dengan nada masih kesal.

"Ternyata sedahsyat itu dampak dari tolakan lo, Ay."

Ayara hanya diam. Hati kecilnya merasa bersalah. Apa sebegitu menyakitkan penolakannya terhadap Erlangga?

🌹🌹🌹

Di antara anggota geng Kapuk, ternyata Rayyan termasuk salah satu anggota yang mendapatkan luka cukup parah. Anehnya, Rayyan jugalah salah satu anggota yang masih mampu berdiri tegak hingga akhir. Tampaknya Dewa Perang itu memang layak untuk disematkan kepadanya. Sekuat itu dia dalam berperang.

Anggota geng Kapuk lain yang tidak terluka parah, memutuskan untuk pulang. Sudah terlalu lelah dan ingin beristirahat di rumah masing-masing.

Ayara masih duduk di ruang tengah sambil mengusap pelan luka di wajah Rayyan dengan kapas dan alkohol.

"Sakit, Ay!" Rayyan meringis pelan begitu kapas Ayara menyentuh lukanya.

"Makanya jangan aneh-aneh!" Ayara terus mengusap luka-luka Rayyan.

"Aw!"

"Kenapa, sih, lo harus ikut tawuran?"

"Pelan-pelan, Ay!"

Ayara mengurangi tekanan di tangannya. "Lo, kan, masih perlu istirahat. Apa nggak bisa biarin anggota lain aja yang urus?"

"Karena lo, Ay."

"Kok gue?"

"Karena sebenernya lo yang jadi target serangan mereka."

"Kok... gue?"

"Karena Cindy adalah salah satu pemimpin di Ataraxia."

"Cindy?"

Rayyan mengangguk. "Dan dia adalah sepupu Erlangga."

AYARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang