🥀Aku lelah berpura-pura jika aku baik-baik saja.🥀
🌹🌹🌹
Ayara terbangun dengan air mata yang mengalir di pipinya. Ada perasaan sesak yang seketika menyeruak di dadanya begitu ia membuka matanya. Perasaan yang telah lama ia coba untuk hindari, perasaan takut yang sedang ia coba untuk kuasai.
Malam ini kembali terasa berat baginya. Setelah sekian lama ia mencoba untuk melewati malam-malam berat itu sendiri selama bertahun-tahun, setelah ia mencoba bangkit dari ketakutannya dan mencari dirinya sendiri, mimpi itu tiba-tiba kembali datang datang. Mimpi akan masa kecilnya yang telah lama ia coba untuk hapus dari ingatannya.
Ayara menyalakan layar ponselnya. Pukul dua pagi, itu yang tertera di layarnya. Ia masih mengenakan seragam sekolahnya. Belum mandi, juga belum makan malam.
Rasa lapar itu perlahan terasa di perutnya. Perih akibat asam lambungnya yang naik mulai mengalihkan perhatiannya dari mimpi buruk tadi.
Gadis itu perlahan duduk sambil meremas perutnya. Ia harus mengalihkan perhatiannya agar dapat mengurangi sedikit rasa sakitnya.
Mungkin dengan mendengarkan musik? Atau mengerjakan tugas? Atau berpuisi?
Entah apa yang akan ia lakukan untuk mengalihkan fokusnya itu, yang terpenting adalah ia harus mandi terlebih dahulu.
🌹🌹🌹
Segar mulai menjalar di tubuh Ayara selepas ia mandi, meskipun harus beradu dengan dinginnya air dini hari.
Ayara mengecek ponselnya sebentar, mungkin saja ada chat penting yang perlu ia balas.
Ada notifikasi chat dari anggota bandnya, beberapa anggota tutornya, Rania, dan Rayyan.
Ia membuka group chat dari anggota bandnya terlebih dahulu.
Guys, thanks for today! Uang untuk sewa studionya udah terkumpul, ya! :) kata Hana.
Good job for today! sahut Seli.
Anak-anak lain pun turut memberikan reaksi dan mengucapkan terima kasih.
Studionya sudah gue booking :) Di Sun Studio, yang deket sekolah itu. See ya besok! terang Hana yang diikuti balasan oke dari anggota lain.
Makasih banyak, Kak! Thanks semua untuk hari ini! jawab Ayara di akhir chat. Tentu tak akan ada yang membalas chat-nya, karena ini sudah lewat dari pukul dua pagi.
Ayara tak membuka sisa chat-nya. Biarlah, tak ada yang begitu mendesak untuk dibalas. Ia letakkan ponselnya di meja dengan posisi layar mengarah ke bawah, lalu mulai mengambil pena dan selembar kertas. Sepertinya ia tahu apa yang akan ia lakukan untuk mengalihkan perih di lambungnya saat ini.
Tangannya mulai menari pelan di atas kertas, perlahan mengisi sudut dari lembaran putih itu.
Ayara menuliskan sebuah puisi yang menggambarkan perasaannya selama beberapa minggu atau bahkan tahun terakhir. Tentang segala resah dan beban yang ia tanggung sendiri selama ini. Entah akan menjadi apa puisi ini kelak. Mungkin sebuah puisi utuh, mungkin juga sebuah lagu.
Jeritan ini terasa sunyi,
tertahan pada langit kelam yang panjang
Menemaniku dalam malam gelap
Di mana aku kembali sendiri.Andai aku bisa,
aku akan mengulang semuanya.
Menyusun kembali kisah yang tak pernah mampu kujalin.
Menghidupkan semua mimpi dan harapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYARA [END]
Teen Fiction"I am matter." -Ayara- Tentang Ayara yang hidup di dalam keluarga toxic, yang selalu diperlakukan tidak adil, yang tak pernah dihargai. 🌹🌹🌹 "Seharusnya kamu bisa mencontoh kakak kamu." "Seharusnya kalian paham kalau perbandingan ini nggak akan me...