3

4.3K 516 109
                                    

🥀I am not enough and will never be enough.🥀

🌹🌹🌹

"Balik dulu, ya, kak Dhanny, kak Davina" pamit Ayara.

"Gue anterin pulang, Ay," sahut Rayyan yang sejak tadi masih menunggu Ayara hingga selesai bernyanyi.

"Eh cie, Aya udah punya cemceman baru, nih," goda Davina.

"E-enggak, kak!" elak Ayara langsung.

"Iya juga nggak papa kok, Ay," kini ganti Dhanny yang menyahut.

Ayara mengabaikan godaan kedua orang itu sambil melangkah menjauhi cafe.

"Lo biasanya pulang naik apa, Ay?" Rayyan yang membuntuti di belakang Ayara pun bertanya.

"Taksi online," jawab Ayara sambil menunjukkan ponselnya yang sudah memesan taksi itu.

"Lo bayar cash atau via aplikasi?" tanya Rayyan.

"Cash," jawab Ayara, tak paham kemana arah pertanyaan Rayyan.

Rayyan hanya mengangguk santai. "Gue tungguin. Nggak baik anak cewek sendirian malam-malam."

Ayara memutar bola matanya, tetapi tak berkata apapun lagi.

Tak lama taksi online pesanan Ayara pun sampai. Rayyan dengan cepat membuka pintu depan taksi itu dan menjulurkan badannya masuk.

"Atas nama mbak Ayara?" tanya sopir itu ramah.

"Iya. Tapi... ng, gini, pak. Teman saya nggak jadi pesan taksi bapak, tapi dia nggak enak mau cancel. Jadi bapak nanti tetap jalan ke titik antar sesuai aplikasi, tapi nggak perlu antar teman saya, ya."

Ayara yang masih berdiri di luar taksi, hanya mengerutkan dahi begitu melihat Rayyan mengeluarkan dompetnya. Ia sama sekali tak bisa mendengar apa yang Rayyan bicarakan dengan sopir itu dan mengira lelaki itu hendak membayar ongkos taksinya. Ia tak enak jika harus dibayar oleh Rayyan.

"Untuk ongkosnya, biar saya bayar. Kembaliannya bapak ambil saja." Rayyan mengeluarkan selembar uang Rp 100.000 dan memberikannya ke sopir tersebut.

"Makasih banyak, mas," ucap si sopir sambil menerima uangnya. Tak lama, sopir taksi online itu langsung melajukan mobilnya.

"Loh, loh, Pak!" Ayara ingin mencegat taksi itu namun sudah keburu berjalan jauh. "Kok saya ditinggal?" tanyanya bingung entah kepada siapa. "Kok gue ditinggal, anjir? Memang lo bilang apa?"

"Lo nggak jadi pesen taksi online," jawab Rayyan santai.

"What the!! Lo kapan berhenti jadi nyebelin, sih?!" Ayara meninju lengan kiri Rayyan dengan sepenuh hati.

"Aw! Sakit, Aya!" Rayyan mengelus lengannya yang terasa seperti habis diimunisasi itu.

"Terus gue pulangnya gimana, anjir?"

"Ya sama gue, Aya!"

"Nggak mau! Kan, gue udah bilang!"

"Mau nggak mau, lo pulang sama gue!"

"Nggak!"

"Ya!"

"Nggak!"

Mereka terus berdebat sambil berjalan, hingga tanpa sadar mereka telah berdiri di depan motor Rayyan terparkir. Rayyan yang secara tak langsung menggiring Ayara kemari.

"Lah ngapain gue tiba-tiba di sini!?" tanya Aya panik begitu melihat motor sport hitam milik Rayyan.

"Elo sendiri yang ngikut gue jalan sambil teriak-teriak gila, Jubaedah!"

AYARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang