Rayyan menatap layar laptopnya lama. Di layar itu ada tampilan sebuah file audio yang tak kunjung juga ia putar. Sebuah audio yang telah berbulan-bulan lamanya mengendap begitu saja.
Untuk Rayyan.
Itulah nama file audio-nya. Sebuah pesan dari Ayara yang entah kapan gadis itu rekam.
Sepertinya itu adalah sebuah untaian kalimat yang Ayara simpan baik-baik dalam flashdisk di kamar kosnya. Tergeletak rapi di meja, berdampingan dengan flashdisk untuk Aryana. Ini mungkin adalah untaian kalimat yang selalu tersimpan rapi di dalam benaknya, karena memang sepandai itu Ayara menyembunyikan semua lukanya selama ini.
Apa gue akan kuat dengerin rekaman lo sekarang, Ay? batin Rayyan sambil menarik napasnya panjang.
Jarinya perlahan bergerak mengarahkan mouse-nya pada tombol play.
🌹🌹🌹
Hai, Ray.
Suara Ayara langsung menyambutnya. Suara yang begitu ia rindukan. Suara yang langsung berhasil meluruhkan tangisnya.
Gue beruntung bisa bertemu lo, Ray. Lo selalu ada di saat terendah gue. Selalu dengerin tangis gue.
Lo selalu percaya sama gue, bahkan di saat gue nggak percaya sama diri gue sendiri. Lo selalu berhasil meyakinkan kalau gue berharga. Berhasil bikin gue menemukan diri gue sendiri di saat-saat terendah gue. Berhasil bantu gue untuk bangkit, nggak peduli sesering apa gue jatuh.
Lo selalu ada untuk gue, Ray. Lo janji untuk itu. Dan lo selalu menepatinya.
Lo itu manusia terpeka, yang nggak masuk akal, yang pernah gue temui. Dan lo selalu datang di waktu yang tepat.
Kalau ada satu hari di mana lo terlambat, apapun itu, maka lo nggak gagal, Ray. Hanya saja, ada banyak hal yang nggak mampu kita atur di hidup ini.
Jadi jangan salahkan diri lo untuk apapun itu. Itu semua memang sudah waktunya untuk terjadi. Karena setiap hal ada waktunya masing-masing. Bahkan untuk sebuah pertemuan, perpisahan, dan kebahagiaan.
Lo mencintai gue dengan begitu utuh, Ray. Bahkan di saat diri gue sendiri nggak utuh. Pelan-pelan lo bantu gue untuk mencari diri gue yang hilang.
Kalau lo bertanya apakah gue bahagia sekarang? Jawabannya adalah gue bahagia, Ray. Dengan semua luka masa lalu yang harus gue bawa ini, gue tetap bahagia. Gue bahagia karena gue punya lo, orang yang akan selalu menyayangi gue.
Dan gue...
juga suka sama lo, Ray. Gue sayang sama lo.Terima kasih untuk cinta yang utuh ini.
Maaf kalau gue terlambat menyadari dan mengakuinya.
See you when I see you.
🌹🌹🌹
Rayyan menutup layar laptopnya diujung rekaman Ayara itu. Matanya basah. Air matanya mengalir tanpa ia sadari.
Setelah berbulan-bulan tergeletak begitu saja, akhirnya Rayyan memiliki keberanian untuk mendengarkan isi dari flashdisk ini.
Setelah berbulan-bulan Ayara pergi darinya, Rayyan akhirnya mampu membuka kembali perih ini.
Entah firasat apa yang Ayara dapatkan sebelumnya hingga ia menyampaikan perasaannya seperti ini.
Kenapa kita harus berakhir seperti ini, Ay? Kenapa orang baik seperti lo harus pergi secepat ini? Kenapa lo memilih cara sebaik itu, sesakit itu, sesempurna itu untuk pergi?
Harusnya gue yang bilang terima kasih ke elo. Terima kasih karena sudah mengajarkan gue untuk menjadi kuat. Untuk menyayangi seseorang tanpa pamrih.
Sama seperti yang lo lakukan ke keluarga lo.
Terima kasih karena sudah hadir di kehidupan gue untuk mengajarkan arti cinta tanpa syarat ini. Terima kasih karena sudah menjadi sempurna.
Lo bisa denger ini, kan, Ay? Lo pasti lihat gue di atas sana, kan?
Bahagia di sana, ya, Ay. Nggak akan ada yang bisa menyakiti lo lagi di sana.
🌹🌹🌹
Mayang menatap anak sulungnya yang baru saja keluar kamar dengan mata sembab.
Malam sudah larut, tetapi putranya ini tak kunjung tidur juga.
"Ada apa?" tanya Mayang lembut.
Rayyan hanya diam dan duduk di sisi bundanya itu.
Mayang tersenyum perih. Eskpresi ini, tangis ini, adalah tangisan yang sama yang selalu ia berikan pada Ayara.
Hingga saat ini pun, sesak akibat kehilangan Ayara itu masih sama.
"Aya, ya?" tanya Mayang pelan sambil mengelus lengan Rayyan.
Dan Rayyan pun langsung menghambur ke pelukan Mayang. Ia biarkan raung tangisnya terdengar begitu perih.
"Ray kangen Aya, Bund," ucapnya pilu.
Mayang yang balas memeluk Rayyan juga ikut menangis. Siapa yang tak merindukan Ayara? Siapa yang tak sakit hati dengan kepergian gadis itu?
"Ray mau ketemu sama Aya ...." lanjutnya pilu, ".... meskipun itu cuma dalam mimpi. Ray mau ketemu Aya, Bund."
Mayang merasakan pelukan Rayyan yang semakin erat padanya, seolah Rayyan membutuhkan kekuatan dari pelukan itu.
"Ray barusan dengerin rekama suara Aya," bisik Rayyan lagi. "Sakit, Bund. Ray masih nggak bisa relain Aya."
Sejak awal, baik itu Rayyan dan Mayang, sudah tahu pasti apa yang ada dalam file audio yang ditinggalkan oleh Ayara itu.
Sebuah pesan perpisahan.
Tinggal menunggu waktu saja kapan Rayyan akan berani mendengarkan pesan tersebut.
Dan ternyata sekaranglah waktunya.
Ternyata benar akan sesakit itu. Dan benar akan membuka luka sebesar ini.
"Nak," bisik Mayang di sela tangisnya. "Kita berdoa yang terbaik untuk Aya, ya. Dia sudah bahagia sekarang."
Iya. Ayara sudah bahagia sekarang.
---
24 Desember 2021
Akhirnya draft ini terpublish juga 🙂
Yuk, kalian bisa juga yuk, buat ikhlasin Ayara 😘
Sebenarnya cerita dari rekaman ini sudah ada sejak beberapa bulan yang lalu, bahkan sebelum cerita Ayara ini selesai.
Hanya saja, aku lagi menunggu waktu yang tepat untuk mem-publishnya 🙂🙂
Gimana extra chapter ini? Masih aman?
Oke, aman!
Semoga kalian suka dengan extra chapter ini, ya! 🥰
Yuk berkenalan lebih lanjut dengan aku dan karya lainnya di instagram @storybyalda
See you di karya selanjutnya!
Salam penuh sayang,
Alda Miranda
KAMU SEDANG MEMBACA
AYARA [END]
Teen Fiction"I am matter." -Ayara- Tentang Ayara yang hidup di dalam keluarga toxic, yang selalu diperlakukan tidak adil, yang tak pernah dihargai. 🌹🌹🌹 "Seharusnya kamu bisa mencontoh kakak kamu." "Seharusnya kalian paham kalau perbandingan ini nggak akan me...