45

1.6K 222 1
                                    

🌹Aku bebas menentukan diriku sendiri.🌹

🌹🌹🌹

Untungnya, kesibukan Ayara mampu mengalihkan perhatian gadis itu dari luka-luka di hatinya. Mulai dari latihan band, hingga persiapan Ujian Tengah Semester menyambutnya setiap hari.

"Gimana ujian lo tadi?" tanya Rayyan ketika mereka sedang perjalanan pulang.

"Lancar," jawab Ayara. "Beberapa nilai juga udah keluar."

"Terus gimana hasilnya?"

"Lumayan."

Untuk pertama kalinya, Ayara tak merasakan beban apapun ketika ujian berakhir. Ia tak lagi takut dimarahi oleh orang tuanya setiap pulang sekolah karena nilai ujiannya yang tak sesuai ekspektasi.

Ini adalah hari terakhir UTS serta satu minggu menjelang perlombaan band. Setelah sibuk belajar, kini Ayara dan Rayyan akan disibukkan dengan berlatih band secara intensif.

"Nanti bisa temenin gue ke kafenya kak Dhanny?"

"Bisa," jawab Rayyan. "Mulai malam ini, ya?"

Ayara mengangguk. Beberapa hari setelah mencari kos-kosan, Ayara datang menemui Dhanny untuk membahas rencananya kembali menyanyi di kafe itu. Dan Ayara memutuskan untuk kembali menyanyi setelah UTS usai.

Rayyan melihat langkah Ayara yang tampak begitu bersemangat.

Perlahan, gadis itu sudah bisa menata kembali hidupnya. Ia mulai menyusun keping demi keping dari dirinya yang hancur. Meskipun susunan kepingan itu tak akan bisa kembali seperti semula, tetapi setidaknya ia akan bisa menjadikan kepingan itu utuh.

Mulai saat ini, ia akan tumbuh menjadi diri yang berbeda dari sebelumnya. Ia akan tumbuh menjadi Ayara yang baru, yang lebih kuat, yang lebih dewasa.

🌹🌹🌹

Ayara melambai kecil pada Dhanny yang ada di meja samping stage. Tempat ia biasanya duduk.

"Aku seneng kamu akhirnya bisa kembali nyanyi di sini, Ay," ucap Dhanny sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman.

"Makasih buat kesempatannya, Kak," balas Ayara sambil menjabat balik tangan Dhanny.

"Anytime, Ay."

"Gimana keadaan lo?" tanya Davina begitu Ayara duduk di sebelahnya.

Ayara yang sedang melepas jaketnya hanya tersenyum kecil. "Udah baikan."

"Lo hebat, Ay," lanjut Davina.

Ayara kembali tersenyum. Davina adalah orang yang begitu dekat dan hampir selalu ada untuknya ketika ia baru saja pindah ke kos-kosan. Ia banyak membantu Ayara dalam menyiapkan kebutuhannya selama di kos.

Layaknya seorang kakak perempuan.

Mengapa sosok kakak yang baik ini harus Ayara temukan dalam diri orang lain? Mengapa bukan pada keluarganya sendiri? Mengapa justru orang yang paling menjatuhkan serta menghancurkannya malah keluarganya sendiri?

Seharusnya Aryana yang ada di sisinya saat ini.

Namun Ayara tak memiliki waktu untuk merenungi hal ini, apalagi menangis untuk saat ini. Ia harus fokus pada penampilannya setelah ini. Juga pada masa depannya.

Tak ada waktu untuk kembali ke masa lalu.

Tidak untuk saat ini.

🌹🌹🌹

AYARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang