51

2.7K 247 20
                                    

🌹Perlahan, semua akan berakhir dengan bahagia.🌹

🌹🌹🌹

Aryana menatap hampa langit-langit kamarnya.

Esok adalah hari Ujian Nasionalnya. Ia telah mempersiapkan dirinya beberapa bulan terakhir untuk itu.

Semua telah berjalan dengan baik. Ia berhasil mengerjakan setiap try out dan soal-soal prediksi dengan sangat baik. Dirinya juga telah diterima di salah satu Perguruan Tinggi Negeri favorit di Indonesia. Tak ada lagi yang perlu ia khawatirkan saat ini

Tetapi ada satu hal yang terasa begitu mengganjal baginya. Pertemuannya dengan Ayara satu bulan lalu.

"Aryana," panggil Laras lembut dari balik pintu.

Aryana beranjak duduk lalu tersenyum ke arah Laras yang berjalan masuk sambil membawakan segelas susu.

"Sudah selesai belajarnya?" tanya Laras sambil mengelus rambut putrinya.

Aryana mengangguk.

"Sudah siap untuk ujian besok?"

Aryana kembali mengangguk.

"Ini diminum dulu susunya," ujar Laras sambil menyerahkan gelas tersebut.

Aryana menerima gelas tersebut dan menenggak setengah isinya.

Rasanya hangat. Nyaman. Sama seperti senyum dan tatapan Laras padanya. Penuh kasih sayang.

Satu pertanyaan terlintas di benak Aryana, apakah Ayara pernah merasakan kehangatan dan kasih sayang ini dari Laras dan Bayu?

"Ma," panggil Aryana pelan. "Mama kangen sama Ayara, nggak?"

Laras terdiam. Ekspresinya berubah kaku seketika.

"Atau apa pernah, sekali saja, Mama menyesal sudah mengusir Aya?"

Laras menggeleng pelan. "Dia sudah mempermalukan keluarga kita dengan hobi nggak jelasnya itu. Dia anak yang nakal dan sulit diatur."

"Tapi, Ma... menyanyi juga bukan hobi yang memalukan keluarga kita, kan?"

"Tapi karena hobi itu, dia jadi susah diatur," jawab Laras cepat.

Kini Aryana yang terdiam. Ia tidak suka berdebat, apalagi dengan orang tuanya sendiri.

"Karena dia juga, Erlangga jadi mengkhianati kamu, Ar. Apa kamu lupa?"

Aryana menggeleng pelan.

"Dia jahat, Ar. Dia bukan anak baik seperti yang kamu kira selama ini. Jadi berhenti membela dia untuk saat ini,"lanjut Laras. "Mama yang paling mengenal sifat anak-anak Mama."

Aryana menghela panjang. Mengerti, ya? Sebenarnya, apakah ada satu saja dari keluarganya yang benar-benar mengerti gadis itu?

"Mama sudah nggak mau melihat wajah Aya lagi."

Mendengar kalimat itu, langsung membuat hati Aryana hancur. Entah mengapa, kalimat itu terdengar begitu jahat, begitu menyakitkan sehingga ia saja ingin menangis mendengarnya.

Apalagi Ayara?

"Sebulan yang lalu, Aryana ketemuan sama Aya, Ma. Aryana marah dan bilang kalau karena dia, Erlangga mutusin Aryana," jelas Aryana. "Tetapi Aya hanya diam, Ma. Aya nggak balas berkata apapun. Dia nggak tahu sama sekali tentang motif Erlangga deketin Aryana itu."

"Sampai akhirnya, ketika Aryana mau pergi, Aya bilang kalau dia sayang sama kita."

Hening.

"Dia juga bilang pamit dan nggak akan kembali pulang."

AYARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang