47

1.7K 219 0
                                    

🌹Di balik kelam malam ini, aku bahagia.🌹

🌹🌹🌹

Ayara menatap langit-langit kamar kosnya. Kepalanya terasa pusing akibat banyak menangis malam ini.

"Lo nggak capek, apa, nangis mulu!" protesnya pada dirinya sendiri.

Ia beranjak bangkit dan berjalan ke meja belajar. Di dalam tasnya yang tergeletak di meja, diambilnya sebuah kertas lusuh. Kertas yang berisikan puisi yang pernah ia tulis dulu.

Dibacanya lamat-lamat puisi itu. Puisi yang mengingatkannya seberapa tersiksa dirinya dulu. Dan kini, ia mungkin jauh lebih tersiksa, jauh lebih menderita, tetapi ia lebih bahagia.

Iya, kan?

Ayara mengambil bolpen yang tergeletak di atas meja, lalu melanjutkan puisi itu.

Aku berharap untuk terbangun
pada sebuah waktu di mana semua baik-baik saja.
Tapi tak ada yang baik-baik saja di sini.
Aku tak pernah baik-baik saja.

Dalam gelap ini
Aku kembali menari bersama perih
Kembali tertawa di balik tangisan
Dan tersenyum di balik gurat pilu luka.

Dalam gelap ini
Aku kembali sendiri
Menangis sendiri
Bertahan sendiri.

Kini puisi itu telah utuh. Puisi yang menggambarkan perasaannya. Hidupnya.

Dan berhasil menuangkan emosinya ke dalam puisi ini terasa begitu menenangkan. Rasanya seperti berhasil memindahkan semua lukanya ke atas kertas-kertas itu.

Ayara menarik napasnya panjang. Suatu saat nanti, puisi ini akan memiliki nada, berubah menjadi lagu yang abadi. Suatu saat, semua orang dapat mendengarkan kisahnya melalui lagu ini.

Ayara tersenyum simpul. Lagi-lagi, lagu adalah tempat ternyamannya untuk bercerita dan menyampaikan keluh kesahnya.

🌹🌹🌹

Suara ketukkan pintu kamar membangunkan Ayara dari tidurnya.

Ayara mengambil ponsel di meja sebelah kasurnya untuk melihat jam.

Pukul 10. Ternyata sudah cukup siang baginya untuk bangun di weekend ini.

"Ay!" Suara si pengetuk pintu terdengar memanggilnya.

Ayara berjalan malas ke arah pintu dan membukanya.

"Dari tadi gue telepon-" ucapan Rania, orang yang membangunkan Ayara pagi ini terhenti begitu melihat penampilan Ayara. "Lo nggak papa, Ay?"

"Hm?" tanya Ayara.

"Lo habis nangis?" Rania melangkah masuk dan menutup pintu kamar Ayara.

Ayara hanya diam sambil berjalan ke kasur.

"Kenapa, Ay? Orang tua lo tiba-tiba berulah lagi?"

Ayara tertawa pilu. "Lebih tepatnya, gue yang berulah, Ran."

"Lo?"

Ayara mengangguk. "Semalem gue dateng ke rumah gue sendiri buat ngelihat keluarga gue dari jauh. Gue kangen sama mereka, Ran. Apalagi kemarin ulang tahun Aryana."

"Terus?"

"Ternyata mereka bahagia. Tanpa gue. Hidup mereka berjalan baik-baik aja, seolah gue memang nggak pernah ada di kehidupan mereka."

"Ay...." Rania berjalan dan memeluk Ayara.

"Cari gara-gara, kan?" tanya Ayara pilu. "Harusnya gue udah tahu jawabannya, Ran. Harusnya gue udah tahu akhir dari cerita antara gue dan mereka."

AYARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang