12

2K 302 43
                                    

Ayara membuka perlahan ruang kelas yang dijadikan sebagai tempat ekskul band. Ini adalah hari pertama dari ekskulnya diadakan. Setelah perdebatan batin yang panjang, ia akhirnya memutuskan untuk mengambil ekskul band tanpa memberitahu orang tuanya. Mereka juga tak peduli, kok, selama ini Ayara berangkat-pulang sekolah jam berapa, naik apa, di sekolah makan apa, jadi mereka juga tak layak mempedulikan ekskul apa yang ja ambil.

Di dalam kelas tersebut telah ada lima anak lain, tiga perempuan dan dua laki-laki.

Kelima anak tersebut sontak menatap Ayara begitu gadis itu masuk.

"Ha-hai," sapa Ayara kaku. Ia sama sekali tak pernah melihat lima anak ini.

Hening. Tak ada yang menjawab sapaan Ayara. Mereka hanya menatap lekat Ayara dengan tatapan datar.

Serem, ya, bund. Ini gue masuk ekskul band atau ekskul psikopat, sih? batin Ayara

"Hai," balas seorang perempuan yang bermuka ramah. "Gue Hana, anak kelas XI IPS 2. Ketua ekskul band."

"Gue Ayara," jawab Ayara pelan.

"Nggak perlu memperkenalkan diri juga kita udah tau, kok," sahut anak perempuan lain, rambutnya berombak dengan tubuh kurus.

"Eh?"

"Helo," anak perempuan yang lain lagi memutar bola matanya. Tubuhnya lebih berisi dengan rambut lurus. "Cewek yang dikejar-kejar sama Rayyan, anak kelas X IPS 1. Siapa yang nggak tahu itu? Cewek di satu sekolah ini pada ngincar Rayyan, nggak taunya Rayyan ngincar cewek yang nggak mau sama dia."

"Dasar aneh." Perempuan yang rambutnya berombak menimpali.

"Sori?" Ayara bersuara. Apa ia tak salah dengar? Baru kali ini ia dikatakan aneh oleh orang asing.

"Sudah, guys," Hana menengahi sambil tersenyum kecil. "Seli, jangan judes-judes," tegur Hana pada perempuan berambut lurus dan tubuh berisi. "Dan Laura, bisa jangan terlalu sinis?" Hana beralih pada perempuan yang rambutnya berombak dan tubuh berisi.

Seli tertawa pelan, sedangkan Laura malah memasang wajah masam.

"Gue Seli, anak XI IPA 3, " ucap Seli memperkenalkan diri.

"Gue Laura," ucap Laura singkat.

"X IPS 1," tambah Hana.

"Apa gue masih perlu memperkenalkan dari kelas berapa?" tanya Ayara pelan.

"X IPA 1." Kali ini suara itu muncul dari salah satu anak laki-laki yang ada di ruangan itu. Tubuhnya kurus tinggi dengan kacamata kecil namun tebal di matanya. "Gue Kevin. Kita sekelas, btw."

"Hah?" Ayara ber-hah pela karena tak pernah melihat laki-laki ini di kelasnya.

Kevin membenarkan kacamatanya. "Memang banyak yang nggak tau gue di kelas, kok."

"Oh."

"Gue Ari. X IPS 2," ucap anak laki-laki terakhir yang belum memperkenalkan diri. Tubuhnya ideal dengan rambut, baju, dan sepertinya hidup yang juga berantakan. Sudah seperti zombie.

"Ehem," Hana berdeham pelan. "Kita mulai sebentar lagi, ya. Karena masih ada satu anak yang belum datang."

"Siapa?" tanya Ayara. Ia tak melihat daftar anak yang mendaftar ke ekskul band ini sebelumnya. Tak peduli, lebih tepatnya.

Brak. Terdengar suara pintu dibuka dengan tergesa, membuat semua orang menoleh ke arah pintu. "Sori, gue telat."

"Elo?"

Rayyan berdiri di depan pintu sambil menatap Ayara dengan tatapan polosnya. "Hai, Ay. Nggak nyangka, ya, ternyata kita satu ekskul." Tidak, Rayyan jelas tidak kebetulan satu ekskul dengan Ayara. Rayyan tahu semuanya.

AYARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang