"Gue mau di sini, Ray," ujar Ayara sambil menatap sekitar kamar kosnya.
Rayyan berjalan mengitari sudut kamar kos ini.
Pagi-pagi sekali, Ayara sudah memintanya untuk ditemani mencari kos an.
"Aya, kenapa nggak tinggal di rumah Bunda lebih lama lagi?" tanya Bunda ketika mereka sedang sarapan bersama.
Ayara menggeleng pelan. "Aya nggak enak, Bunda, kalau tinggal di sini lama-lama."
"Yah, Kak Aya... Kalau Kak Aya pergi, terus Nala harus main sama siapa?" tanya Nala merajuk.
Ayara tersenyum kecil. "Sama Kak Rayyan, dong!"
"Ish! Nggak mau! Kakak nggak asyik! Nggak bisa diajak main boneka!" protes Nala sambil menatap Rayyan sinis.
"Heh! Kakak ini laki!" sahut Rayyan tak terima.
"Makanya nggak asyik! Kalau gitu biar Kakak aja yang pindah! Kak Aya aja yang tinggal di sini!"
"Nala...." tegur Mayang sambil menahan tawanya. "Nggak boleh gitu sama Kakak kamu."
"Tapi Kakak nyebelin!"
"Kalau Kak Rayyan pergi, terus siapa nanti yang antar-jemput Bunda?" tanya Mayang bergurau.
"Bunda!" kali ini Rayyan yang protes.
"Apa?" tanya Mayang dengan wajah tak bersalah.
Ayara hanya tertawa mendengarkan pertengkaran pagi ini. Keluarga Rayyan selalu terasa hangat baginya.
Ah, ia jadi teringat pada keluarganya sendiri. Jauh di dalam hatinya, ia masih menyayangi dan mengharapkan keluarganya. Tetapi itu adalah sesuatu yang tak mungkin, bukan?
Rayyan menatap Ayara yang sedang tertawa sambil menatap keluarganya. Jika keluarga lo nggak bisa buat lo bahagia, maka biarkan keluarga gue yang melakukannya, Ay. Lo berhak untuk bahagia atas banyak hal, Ay.
🌹🌹🌹
"Ray!"
Rayyan menoleh. Suara Ayara memecah lamunannya.
"Lo ngelamun?"
"Nggak."
"Terus?"
"Lagi mikir aja kamar ini cocok atau nggak buat lo."
"Oh." Ayara mengangguk kecil. "Terus menurut lo gimana?"
Rayyan membuka jendela kecil di kamar itu dan melongok ke luar.
Kamar kos terletak di bagian belakang rumah, sehingga jendelanya menghadap tepat ke taman belakang yang terlihat cukup asri dan terawat. Tempat yang sempurna untuk Ayara tinggal karena sirkulasi udaranya yang baik.
"Oke," jawab Rayyan sambil mengangguk. "Sering dibuka jendelanya kalau pagi, jangan lupa ditutup kalau sudah malam."
"Siap, captain!"
***
Haari kembali berganti Senin. Tak ada satu pun orang yang tahu jika Ayara sudah diusir dari rumahnya sejak minggu lalu. Kecuali Rayyan dan Rania, tentu saja.
Ayara meregangkan tubuhnya begitu bel istirahat terdengar. Kemarin ia sibuk memindahkan serta merapikan barang-barangnya ke dalam kamar kosnya hingga malam. Dan kini tubuhnya terasa letih.
"Kantin?" tanya Rania.
Ayara menggeleng. "Gue mau tidur."
"Mau titip?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AYARA [END]
Teen Fiction"I am matter." -Ayara- Tentang Ayara yang hidup di dalam keluarga toxic, yang selalu diperlakukan tidak adil, yang tak pernah dihargai. 🌹🌹🌹 "Seharusnya kamu bisa mencontoh kakak kamu." "Seharusnya kalian paham kalau perbandingan ini nggak akan me...