10

2.5K 326 23
                                    

"Anak-anak, olahraga hari ini lari keliling kompleks sekolah, ya. Start dari sini, ke arah warung ijo, pos satpam, terus balik lagi ke sekolah." Pak Yudha sebagai guru olahraga Ayara memberikan arahan.

"Lo lari gak, Ay?" tanya Rania begitu murid kelas X IPA 1 dipersilakan berlari.

"Nggak, ah. Lagi dilep gue," jawab Ayara.

"Lagi dapet, lo? Minta abang Rayyan gendong aja," sahut Rania.

"Udah bosen hidup, Ran? Ini gue lagi haid, jadi jangan salahin gue kalau sesuatu terjadi sama lo habis ini!" ancam Ayara.

Rania meringis. "Ampun, Ay. Terakhir kali lo PMS parah, gue nggak lo ajak sekelompokkan."

"Nah, tuh tau!"

Rania kembali teringat ketika kelas 9 lalu Ayara tiba-tiba sekelompok tugas dengan anak lain tanpa mengajak dirinya. Dan parahnya adalah Ayara tersenyum jumawa melihat Rania yang kebingungan mencari kelompok. Senyumnya itu sudah seperti boneka Anabel. Bernyawa tetapi tak punya hati!

"Ntar mampir warung ijo, yuk! Beli es teh manis buat ngurangin sakit perut," ajak Ayara.

"Oke, gue beli indomi sekalian. Belum sarapan, nih!"

"Bawa duit?"

"Kagak."

"Terus?"

"Kan bisa pinjem-"

Ucapan Rania terhenti begitu melihat tatapan tajam Ayara. Bisa-bisanya Rania masih cari gara-gara pada anabel satu ini.

"Ngg, eh ... ngutang sama Bang Jo, maksudnya," koreksi Rania.

Ayara pun mengangguk puas.

Tak sampai lima menit berjalan santai, mereka akhirnya sampai di warung ijo. Warung ijo itu sangat sederhana, hanya terbuat dari papan kayu bercat hijau muda dan kursi-kursi kayu kecil. Bagian dalamnya pun tak luas. Hanya mampu menampung 5-6 pengunjung. Tapi warung ijo ini sangatlah terkenal, karena lokasinya yang strategis dan sering dilewati anak-anak yang berolahraga, seperti Ayara pagi ini.

"Bang, es teh manisnya satu," ucap Ayara.

"Indomi satu. Rasa ayam bawang ya, Bang," imbuh Rania.

"Kirain rasa yang pernah singgah, neng," sahut Bang Jo.

"Garing ih, Bang!" protes Ayara keras.

Rania meringis kecil mendengar ucapan Ayara. "Tamu bulanan, Bang Jo. Abaikan aja."

Bang Jo hanya tertawa melihat reaksi Ayara dan kembali melayani pesanan mereka.

Kondisi warung cukup sepi karena sebagian anak hanya mampir beli untuk dibungkus. Di warung itu hanya ada dua anak X IPA 1 yang sudah hendak lanjut berlari dan satu orang lagi yang duduk di salah satu kursi warung. Orang itu adalah laki-laki, memakai jaket jeans serta topi hitam sehingga Ayara dan Rania tak dapat mengenali lelaki itu.

"Hai, Ayara," sapa lelaki itu.

Ayara menoleh malas ke arah lelaki itu. Siapa pula yang berani menyapanya yang sudah seperti singa mengamuk ini? Namun ekspresinya berubah begitu melihat orang yang menyapanya tadi melepas topinya.

"Kak Erlangga?" sapa Ayara balik. Ekspresinya berubah cepat. Tak ada ekspresi malas dan marah yang tadi ia tunjukkan.

Rania menoleh cepat ke arah Erlangga. Ia belum pernah bertemu Erlangga, tetapi mendengar cerita Rayyan seusai futsal kemarin membuatnya sedikit waswas.

"Kok kakak nggak sekolah?" tanya Ayara polos.

"Lagi keluar sebentar," jawab Erlangga.

Aya mengernyit. "Tapi Partial sama Bina Bangsa, kan jauh, kak."

AYARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang