"Nanti orang tua lo jemput, nggak, Ay?" tanya Rayyan.
Minggu pagi, dokter mengatakan jika Ayara sudah boleh pulang sore nanti. Selama Ayara tak telat makan lagi dan rutin meminum obatnya selama beberapa waktu, maka semuanya akan baik-baik saja.
Rania sempat datang lagi pagi tadi sebelum ia kembali nge-date dengan Bara. Kehadiran Rania cukup mampu mengatasi kebosanan Ayara selama di rumah sakit.
Mayang juga datang untuk mengunjungi Ayara hari Sabtu sore sekalian mengantarkan baju ganti untuk Rayyan. Berbincang dengan Mayang selalu terasa menyenangkan. Ayara seolah merasakan kasih sayang dan perhatian yang tak pernah ia dapatkan dari orang tuanya.
Sedangkan orang tua Ayara? Masih absen kehadirannya hingga siang ini. Hanya sekadar menelepon sebentar tadi pagi lalu kembali 'sibuk' mengurus Aryana.
"Katanya, sih, jemput," jawab Ayara. "Sudah gue telepon tadi. Nggak tahu tapi bakalan jemput jam berapa."
Rayyan mendesah pelan. Ucapan dan ekspresi Ayara mungkin menunjukkan jika ia sudah tak peduli lagi dengan perlakuan orang tuanya. Namun Rayyan jelas tahu jika jauh di dalam hatinya, Ayara masih mengharapkan perhatian kedua orang tuanya.
Rayyan mengacak rambut Ayara pelan. "Nanti gue anter kalau lo nggak dijemput-jemput."
Ayara tersenyum. "Itu keharusan, Ray."
"Sial. Gue salah ngomong."
"Kang ojek harus siap melayani."
"Sial. Derajat gue turun."
"Yang penting lo melakukan hal mulia, Ray."
"Apapun itu, selama demi lo, akan selalu menjadi perbuatan mulia, Ay."
"Hilih bicit!"
Rayyan sontak tertawa. Selalu asyik membuat Ayara lupa sejenak dengan beban di dalam hidupnya.
"Sst!" protes pasien dan anggota keluarga yang berada satu kamar dengan Ayara.
Ups.
🌹🌹🌹
Sore menjelang malam, Laras dan Bayu akhirnya datang menjemput Ayara. Gadis itu dapat mendesah lega karena setidaknya ia tak perlu merepotkan Rayyan lagi. Cukup dengan menahan Rayyan tak pulang dan kurang tidur selama tiga hari ini.
"Thanks, ya, Ray," ucap Ayara. "Lo selalu baik."
"Sama-sama, Ay," jawab Rayyan.
"Istirahat, sana! Hibernasi."
"Siap, nyonya!"
Ayara tertawa kecil. "Gue balik dulu."
"Hati-hati. Jaga diri, lo. Jangan bikin gue nggak tidur lagi."
Ayara kembali tertawa, kali ini lebih keras.
Rayyan tersenyum. Ah, rasanya begitu candu melihat tawa Ayara.
Laras dan Bayu berdiri beberapa langkah dari Ayara dan Rayyan. Tak mengatakan sepatah kata pun. Hanya diam dengan tatapan yang datar.
"Ayo, Ay! Sudah mau malam," ucap Bayu memotong tawa Ayara.
"Iya. Kasihan Aryana kalau ditinggal lama."
Ayara memutar bola matanya lelah sebelum akhirnya memutuskan untuk melangkah pergi.
"Semangat, Ay!" bisik Rayyan sebelum gadis itu beralih.
🌹🌹🌹
"Jadi abang Rayyan yang tampan bolos, nih, hari ini?" tanya Rania. Hari Senin yang padat telah kembali menyambut Ayara yang baru kemarin keluar dari rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYARA [END]
Teen Fiction"I am matter." -Ayara- Tentang Ayara yang hidup di dalam keluarga toxic, yang selalu diperlakukan tidak adil, yang tak pernah dihargai. 🌹🌹🌹 "Seharusnya kamu bisa mencontoh kakak kamu." "Seharusnya kalian paham kalau perbandingan ini nggak akan me...