22

1.6K 242 2
                                    

Rayyan menatap kosong jalanan di depannya. Bahkan hingga Ayara hilang dari pandangannya pun, ia masih tetap terpaku berdiri di tempatnya. Seolah hatinya menahan tubuhnya untuk beranjak.

Ayara sendiri masih belum mengetahui apa yang ia rasakan, belum memahami isi hatinya. Apakah itu berarti masih ada harapan bagi Rayyan? Ataukah sudah selayaknya ia berhenti berjuang dan mengubur jauh-jauh perasaannya terhadap Ayara?

Rayyan menarik napasnya panjang, mencoba membuang setiap kebingungannya. Diambilnya ponsel dari saku celananya, lalu menghubungi sebuah nomor.

"Kerasukan apa lo telepon?" jawab Ega tak lama berselang.

"Lo lagi selingkuh sama siapa sekarang?" tanya Rayyan.

"Lagi nggak sama siapa-siapa. Kenapa?"

"Temenin gue main di lapangan biasa," jawab Rayyan yang langsung mengakhiri panggilannya.

Bisa kalian tebak sendiri bagaimana jengkelnya Ega dengan Rayyan saat ini. Sudah ditelepon tiba-tiba, dituduh sedang selingkuh dengan siapa, disuruh-suruh ke lapangan, dan sekarang? Rayyan langsung menutup teleponnya tanpa memberikan penjelasan apapun.

"Lo kapan nggak nyebelin gini, sih, Ray?" gerutu Ega.

Di sisi lain, Rayyan pun langsung memacu motornya menuju lapangan tempat ia biasa bermain dengan Geng Kapuk.

🌹🌹🌹

Lapangan itu adalah lapangan basket outdoor yang biasa digunakan untuk streetball. Tak ada seorang pun yang menyewanya saat ini. Sempurna bagi Rayyan yang ingin menyendiri dengan kebingungannya.

Setengah jam sudah Rayyan bermain sendiri. Mendribble bolanya ke sana dan kemari lalu melakukan beberapa kali shoot, baik itu under-ring, lay-up, maupun three point. Tubuhnya telah dipenuhi oleh keringat, tetapi itu tak juga membuatnya berhenti. Apa yang ada di kepalanya saat ini jauh lebih menyita perhatiannya ketimbang bola basket itu sendiri.

"Stop, Ray." Ega tiba-tiba muncul dan mengambil alih bola Rayyan.

"Ck!" Rayyan berdecak kesal karena Ega melakukan steal pada bolanya.

"Lo udah capek," sahut Ega.

"Gue biasanya main empat set full," tolak Rayyan sambil berusaha melakukan steal bola dari Ega.

Ega segera mengelak dari tangan Rayyan yang sedang berusaha mengambil alih bola. "Ada apa sama Aya?" tanya Ega to the point. Ia berjalan menjauhi Rayyan sambil terus mendribble bolanya.

"Dia deket sama Erlangga."

"Serius?"

"Gue udah bilang, kan, kalau menyangkut Aya, gue pasti selalu serius."

"Dasar bucin!" Ega mengangkat tangannya dari luar area three point, lalu melakukan shoot. Bola pun masuk dengan mulus ke dalam ring basket. "Gimana ceritanya dia bisa deket?" tanya Ega.

Rayyan mengambil bola yang telah berhasil dimasukkan Ega tadi lalu mengopernya ke arah Ega. "By one. Ntar gue ceritain detailnya."

Ega pun dengan sigap menangkap bola yang dioper Ray. "Oke."

🌹🌹🌹

Rayyan terbaring di lapangan dengan tubuhnya yang basah kuyup akibat keringat. Jelas ia kalah melawan Ega. Satu, karena tenaganya sudah banyak terkuras sebelumnya. Dua, karena ia tak lagi fokus pada permainan ini. Seluruh pikirannya telah habis tersita pada Ayara.

"Sudah sebucin itu lo sama Aya dan dia masih belum luluh juga?" tanya Ega di sela-sela napasnya yang terengah. Ia duduk di samping Rayyan sambil mengelap keringat di wajah dan lehernya dengan handuk.

AYARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang