11

2.2K 316 26
                                    

🥀I'm tired of saying that I'm okay.🥀

🌹🌹🌹

"Gue masih dongkol sama yang tadi, Ran," Ayara meletakkan kepalanya di atas meja tanpa beralaskan apapun. Jam istirahat telah tiba, tetapi emosi Ayara belum kunjung hilang.

"Tapi lo nggak suka, kan, sama dia? Si Erlangga itu," tanya Rania pelan, takut membuat uring-uringan Ayara semakin menjadi.

"Ya enggaklah!" jawab Ayara keras, sehingga menarik perhatian anak-anak di sekitar mereka. Untung saja kelas sepi, jadi tak banyak murid yang terganggu.

Fiuh! Rania mendesah lega. "Saran gue jangan deket-deket lagi sama dia, Ay. Karena memang semenakutkan itu pamornya dia."

"Iya, gue tau," jawab Ayara. "Lo pikir gue nggak takut pas ngamuk-ngamuk tadi?"

Rania sontak menggeleng.

"Hah? Nggak kelihatan takut sama sekali?"

"Dibanding takut, lo lebih kayak singa ngamuk tau, nggak? Nggak ada takut-takutnya. Bikin takut iya!"

Ayara memundurkan badannya. "Oh."

Rania hanya bisa menggeleng melihat sahabatnya satu ini. Kalau lagi PMS atau haid, seramnya benar-benar seperti boneka Annabelle!

🌹🌹🌹

"Dia nggak pernah tertawa kayak gitu waktu sama gue," gumam Rayyan.

Semenjak insiden tadi pagi, geng Kapuk memutuskan untuk mengadakan pertemuan singkat di rumah Ega. Mereka perlu memikirkan beberapa hal, seperti meningkatkan kesiagaan mereka serta tak menyerang dulu sebelum ada pertanda dari sekolah Persada International itu. Pertemuannya singkat, hanya sekitar 30 menit.

Dan kini, Rayyan masih menetap di rumah Ega. Mencoba menjernihkan pikirannya.

Ega yang sedang asyik chat dengan cewek-cewek di sekolah pun menoleh.

"Gue bahkan belum bisa bikin dia tertawa kayak gitu."

"Permasalahannya bukan di elo, tapi di dia. Dia yang nggak mau lo bahagiain, Ray."

"Lo kalau ngomong suka bener, Ga," jawab Rayyan murung. "Gue suka sama dia, Ga."

"Semua orang udah pada tau, Ray."

Rayyan menoleh ke Ega. "Tapi dia enggak."

"Resiko ngejar cewek nggak peka," jawab Ega cuek. "Lo tetep mau dia jadi pacar bohongan lo?"

Rayyan mengangkat bahunya. "Maunya sih, jadi pacar beneran. Tapi kayaknya nggak mungkin dalam waktu dekat ini."

🌹🌹🌹

Ayara menghela napas panjang. Belum juga hilang rasa nyeri di perutnya, kini rasa pusing di kepalanya datang menyerang. Memang deritanya sebagai wanita yang harus menerima tamu bulanan.

Ia berbaring di kasur kamarnya. Benar-benar kehabisan tenaga, baik fisik maupun psikis.

Sebuah notifikasi masuk ke ponselnya. Siapa lagi jika bukan Rayyan.

Ay, are u okay?

Ayara kembali menghela panjang. Apalagi maunya anak ini?

G

Lo masih marah sama gue?

G!

Tapi chat lo nunjukkin kalau lo marah :(

"Aya." Terdengar Laras memanggil Ayara dari dapur.

AYARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang