🥀Kamu bukan lagi kamu.🥀
🌹🌹🌹
Ayara, Kelas Satu SMP
Ayara berjalan menyusuri jalan ditemani langit yang berwarna kejinggaan. Sudah satu jam lebih Ayara menunggu ayahnya untuk menjemputnya di sekolah tanpa kabar. Dan anehnya, Aryana sudah pulang. Entah sama siapa dan naik apa.
Akhirnya gadis itu pun memutuskan untuk pulang sendiri. Tetapi pertanyaannya, mau pulang naik apa? Ia tak bisa memesan taksi online karena tak membawa ponsel. Juga tak bisa memesan taksi biasa karena tak membawa cukup uang. Ingin membayar ketika sampai di rumah, namun bagaimana jika di rumahnya tak ada orang?
Jadi di sanalah Ayara. Sibuk bertanya ke sana kemari angkutan kota apa yang harus dia naiki untuk bisa pulang, karena memang sebuta itu ia dengan jurusan-jurusan angkutan umum. Ia belum pernah naik angkutan umum sendirian.
"Capek," keluh Ayara pelan sambil mengusap peluh di dahinya. Sudah hampir setengah jam dirinya berjalan ke sana kemari untuk bertanya. Belum lagi rasa lapar yang mulai melanda dirinya.
Lagipula ke mana, sih, orang tuanya? Bisa-bisanya tidak mencari anaknya yang belum pulang.
Tak lama, angkutan kota yang mengarah ke rumahnya pun berhenti di depan Ayara. Ayara masuk dengan langkah ringan. Ia janji akan langsung makan yang banyak ketika sampai di rumah nanti!
🌹🌹🌹
Namun tampaknya, tak akan ada makanan enak yang menyambutnya. Karena yang Ayara lihat adalah kedua orang tuanya yang berdiri gusar di depan pintu rumah.
"Ayara pulang," sapa gadis itu pelan. Ia jelas melihat ada yang tidak beres dengan orang tuanya. Namun ia tak mampu mengartikan tatapan orang tuanya itu.
"Dari mana kamu?" tanya Laras begitu Ayara memasuki pagar rumah.
"Sekolah," jawab Ayara pelan.
"Cepat masuk!" pinta Bayu sambil menarik lengan kecil Ayara.
Ayara yang tak paham apa yang sedang terjadi pun hanya mampu menurut. Begitu masuk ke dalam rumah itulah Ayara paham apa yang sebenarnya terjadi.
Di salah satu kursi ruang tamu, duduklah Aryana yang menunduk dalam sambil menahan tangisnya. Ia sudah berganti baju. Sepertinya Aryana langsung dijemput pulang tanpa menunggu Ayara lagi.
Aryana menatap Ayara sendu. Tatapan itu bukanlah tatapan yang asing bagi Ayara. Itu adalah tatapan takut Aryana ketika ia dibully oleh temannya.
"Lo dibully lagi?" tanya Ayara pelan.
Aryana mengangguk lemah.
"Kapan? Sama sia-"
PLAK!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Ayara. Itu adalah tamparan Bayu.
Ayara memegang pipinya yang terasa panas. Apa? Apa salahnya?
"Bisa-bisanya kamu membiarkan kakakmu dibully?" bentak Bayu.
"A-Aya nggak tahu, Pa," jawab Ayara pelan.
"Bahkan kamu nggak tahu kalau kakak kamu dibully!?" kali ini Laras yang bersuara.
Ayara menggeleng pelan, tak mampu berkata apapun. Air mata sudah membanjiri matanya.
"Astaga, Ay!" Laras memijat pelan pelipisnya. "Mama sudah bilang untuk kamu menjaga Aryana, kan?"
Ayara mengangguk pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYARA [END]
Teen Fiction"I am matter." -Ayara- Tentang Ayara yang hidup di dalam keluarga toxic, yang selalu diperlakukan tidak adil, yang tak pernah dihargai. 🌹🌹🌹 "Seharusnya kamu bisa mencontoh kakak kamu." "Seharusnya kalian paham kalau perbandingan ini nggak akan me...