🥀Tak ada yang tahu tentang peluh yang pelik ini. Juga tak ada yang tahu seberapa perih aku mencoba untuk bertahan. Tak ada yang tahu. Tak ada yang peduli.🥀
🌹🌹🌹
"Lo ngapain, sih, pagi-pagi ngajak ketemuan?" gerutu Rania jengkel.
"Mau tanya-tanya tentang keadaan lo, lah," jawab Rayyan. Di sinilah mereka, duduk di sebuah coffee shop yang cukup sepi di jam 9 pagi.
"Ya kenapa harus pagi-pagi? Gue habis maraton drakor, tau!" protes Rania.
"Karena kalau sore, lo pasti udah asyik bucinan sama Bara, Ran," jawab Rayyan.
Rania tampak berpikir sekilas. Ia membenarkan pernyataan Rayyan itu. Sore nanti ia ada janji bertemu dengan Bara, pacar barunya yang merupakan pentolan sekolahnya juga.
"Jadi gimana kabar lo?" tanya Rayyan.
Rania mendengus pelan. "To the point aja, lo mau tanya tentang Aya, kan?"
"Lo memang pinter, Ran!" puji Rayyan sambil menjentikkan jarinya.
"Lo mau tanya apa lagi tentang dia, sih? Lama-lama gue ikutan dimusuhi sama Aya kalo lo terus maksa gue kayak gini," keluh Rania. "Kemarin udah gue turuti permintaan lo buat sembunyiin sepatu dia di kelas lo. Sumpah itu ide paling nggak jelas, sih, Ray! Dan lo tahu dampaknya? Gue dibilang dajjal sama sahabat sendiri!" semprot Rania.
"Iya iya, Ran. Gue minta maaf buat itu." Rayyan menyatukan kedua telapak tangannya, tanda ia meminta maaf. "Tapi kali ini gue cuma mau tanya-tanya tentang Aya, Ran."
"Tanya tentang apa? Daftar mantannya?"
"Emang ada?"
"Nggak ada. Dia belum pernah pacaran sama sekali."
"Oh, good girl juga dia."
"Iya, nggak kayak elo yang bad boy!"
"Heh, kalau gue bad boy, gue gak bakalan minta Aya buat jadi pacar pura-pura gue!" protes Rayyan.
"Hm. Serah!"
"Eh, tapi bukan itu yang mau gue tanyain, Ran," protes Rayyan.
Rania menyeruput latte di hadapannya. "Terus?"
"Aya lagi ada masalah sama keluarganya?"
"Hah? Enggak, sih, setau gue," jawab Rania. "Memangnya kenapa lo tanya gitu?"
"Serius lo?"
"Iyalah," jawab Rania. "Emang kenapa, sih?"
"Hm, jadi kemarin, kan, gue nekat dateng ke tempat nyanyi dia. Dan pas gue minta dia untuk jadi pacar pura-pura gue untuk kesekian kalinya, dia bilang kalau dia nggak mau nambah satu masalah lagi dalam hidupnya. Dan dia juga bilang bisa makin habis kalau sampai orang tuanya tahu dia pacaran sama pentolan sekolah."
"Hm," Rania tampak berpikir sejenak.
"'Makin habis'. Memang dia sekarang diapain sama orang tuanya?"
Rania menghela panjang. "Jujur, Ray, gue juga nggak tahu apa-apa tentang Aya. Dia bener-bener nggak cerita apapun tentang keluarga dia. She looks fine. Yang gue tahu, dia cuma bilang kalau orang tuanya sering banding-bandingin dia sama kakaknya, Aryana. Itu pun dia bilang sambil ketawa. Nasib anak bungsu, katanya."
Rayyan termenung. Semalam pun Ayara terlihat baik-baik saja, tetapi entah mengapa ia merasa ada yang disembunyikan oleh Ayara.
🌹🌹🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
AYARA [END]
Teen Fiction"I am matter." -Ayara- Tentang Ayara yang hidup di dalam keluarga toxic, yang selalu diperlakukan tidak adil, yang tak pernah dihargai. 🌹🌹🌹 "Seharusnya kamu bisa mencontoh kakak kamu." "Seharusnya kalian paham kalau perbandingan ini nggak akan me...