46

1.7K 232 1
                                    

🌹Ternyata Tuhan itu tetaplah adil.🌹

🌹🌹🌹

"Bunda udah siapin masakan spesial buat lo nanti malam," ucap Rayyan yang sedang berjalan bersama Ayara ke parkiran.

"Oh ya?" Binar mata terlihat di wajah lelah gadis itu.

Rayyan mengangguk. "Lo udah ngelakuin yang terbaik hari ini, Ay. Bunda seneng banget lihat penampilan lo tadi."

"Tapi kan gue gagal dapet juara satu," sangkal Ayara. Iya, di kompetisi kali ini, dirinya gagal mendapat juara satu.

"Juara tiga juga udah bagus, Ay."

Ayara mengernyit. Bagaimana bisa itu dibilang bagus, padahal jelas-jelas itu bukanlah hasil yang memuaskan.

"Ay...." Rayyan berhenti sejenak. "Lo nggak harus jadi yang terbaik di antara mereka untuk jadi yang terbaik bagi diri lo sendiri. Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda dan nggak selalu bisa dibandingkan. Setiap orang itu unik."

"Jadi, berhenti untuk berusaha mengalahkan orang lain. Lo cukup lakukan apa yang terbaik bagi diri lo sendiri."

"Jangan pernah paksain diri lo untuk melakukan suatu hal di luar batasan lo, Ay."

Ayara tersenyum tipis. Hal yang Rayyan ucapkan barusan adalah sesuatu yang benar-benar asing bagi Ayara. Ternyata selama ini ia selalu dipaksa untuk menjadi kuat, untuk melakukan sesuatu yang berada di luar batasan dan kendalinya.

Ternyata bisa diterima atas apa adanya dirinya, tanpa tuntutan, tanpa tekanan itu rasanya senyaman ini.

"Thanks, Ray. Sekarang gue tau maksud dari ucapan Kak Hana."

"Kak Hana? Memang dia bilang apa?"

Ayara tersenyum tipis. "Rahasia."

Rayyan mendesah sambil tersenyum. "Ada yang main rahasia-rahasiaan, nih, sekarang?"

"Biar!"

"Iya, deh, terserah. Lo memang orang yang paling pinter nyembunyiin rahasia," jawab Rayyan sambil mengacak rambut Ayara.

Ayara masih tersenyum. Namun tak lama, senyum itu berubah sendu.

"Ay? Lo kenapa?" tanya Rayyan sambil menyentuh lembut bahu Ayara.

"Ini hari ulang tahun Aryana," jawab Ayara lirih.

Rayyan menatap mata Ayara sudah yang tertutup selaput bening.

"Gue kangen sama mereka, Ray."

"Ay...." Rayyan mengusap air mata yang mengalir di pipi Ayara.

"Apa mereka juga kangen sama gue? Atau mereka sudah hidup bahagia tanpa gue?"

Rayyan menghela sesak. "Lebih baik lo nggak tahu jawabannya, Ay."

"Kalau mereka bahagia tanpa gue, gue ikhlas, kok, Ray. Gue cuma mau tahu keadaan mereka aja."

"Tapi, Ay... gue nggak mau lo semakin sakit begitu melihat keluarga lo lagi."

"Gue cuma mau tahu apa mereka baik-baik aja. Mereka keluarga gue, mau sesakit apapun itu."

"Ay-"

"Gue ikhlas, Ray. Sesakit apapun nanti, gue ikhlas."

"Oke." Rayyan mendesah panjang. "Lo anak yang baik, Ay. Terlalu baik. Gue harap suatu saat mereka bisa sadar akan perbuatan mereka dan bisa menyayangi lo seutuhnya."

Ayara tersenyum tipis. "Makasih, Ray."

🌹🌹🌹

Ayara dan Rayyan tiba begitu senja berganti malam.

AYARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang