8

2.6K 365 38
                                    

🥀Aku berjalan pada sepi. Karena mau seramai apapun dunia ini, diriku tetaplah sendiri.🥀

🌹🌹🌹

"Gimana, beb? Udah baikan?" tanya Rania begitu Ayara masuk kelas.

"Sudah, sis," jawab Ayara ringan. "Kayaknya udah jadi takdir gue memang buat berkubang sama hal-hal berbau hitungan ini."

Rania menatap prihatin sahabatnya. "Harusnya lo bisa jadi lebih dari ini, Ay."

Ayara mengangkat bahunya sekilas. "Tapi sayangnya gue memang cuma bisa sampe segini aja, sih."

Sungguh Ayara memiliki hati yang kuat. Jika itu terjadi pada Rania, gadis itu pasti sudah berontak kepada keluarganya.

"Eh lo udah pilih ekskul apa?" tanya Ayara mengalihkan topik. Ia tak suka membahas topik yang bisa membuatnya menangis kapanpun ini.

"Sudah. Gue masuk ekskul voli," jawab Rania.

"Hah? Sejak kapan lo bisa voli?"

"Sejak ekskul minggu depan," jawab Rania santai. "Habis katanya ekskul voli cowoknya ganteng-ganteng, Ay. Kan lumayan cuci mata. Mana cewek sama cowoknya digabung lagi. Kalau basket kan pisah ekskul cowok sendiri, cewek sendiri."

"Dah gila nih anak. Terus Bara lo kemanain, woi?"

"Hehe." Rania meringis. "Gue kan cuma pingin cuci mata, Ay! Bukan cari pacar baru!"

"Serah lo, Ran. Serah!"

"Terus lo ambil ekskul apa?" tanya Rania.

"Belum tahu gue."

"Band aja gimana, Ay?"

"Hah? Ada memang?"

"Ih, ada! Tapi memang band sekolah kita nggak terkenal gitu. Kan, kali aja begitu lo gabung, band sekolah kita jadi famous, ngalahin pamornya band sekolah Persada International."

Ayara termenung sejenak. Persada International adalah sekolah swasta favorit. Tempat seluruh anak pengusaha, pejabat, bahkan artis berkumpul. Sahabatnya ini memang kalau menghayal suka kelewatan. Ya mana mungkin suara Ayara yang belum dipoles ini bisa mengalahkan suara anak-anak Persada International yang sudah biasa dilatih bernyanyi sejak kecil.

"Ayolah, Ay! Lo masuk ke ekskul band aja. Ya?" mohonnya.

"Lah, kok lo ngatur?"

"Gue nggak tega lihat lo harus ngelepasin apa yang lo suka."

"Tapi kan gue memang berencana kayak gitu, Ran."

"Ya jangan, dong, Ay! Lo mau jadi kayak robot gitu aja? Lo berhak bahagia, Ay."

Ayara mendesah. "Fine."

"Yes!"

🌹🌹🌹

Ayara menunggu angkot di seberang sekolahnya sambil memainkan ponsel. Hanya ada dua anak di sekitarnya yang sama-sama sedang menunggu angkot.

Bruk.

Seseorang tiba-tiba menabrak tubuh mungil Ayara, membuat gadis itu hampir kehilangan keseimbangan.

"Ck!" decak Ayara kesal. Hampir saja ia jatuh jika tangannya tidak segera ditarik oleh orang yang menabraknya itu.

"Lo nggak papa?" tanya orang tersebut.

Ayara mengerjap cepat. Orang yang menabraknya itu adalah seorang lelaki yang tubuhnya 2 kali lebih besar darinya, bertubuh tinggi dan kekar, berseragam sekolah Persada International, sekolah swasta paling elit itu.

AYARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang