🔞🔞🔞🙈
***
Gracia sedang berada di depan cermin dengan pikiran yang mengulang memori seminggu lalu yang tiba-tiba melintas di kepalanya. Gracia meraba bibirnya secara perlahan. Ingat sekali bagaimana Shani sering melumat bibir itu hampir setiap hari. Tangan Gracia kini turun menuju leher, tempat yang selalu dipegang Shani ketika mereka melakukan mirror sex tepat di tempatnya berdiri saat ini. Tangannya turun lagi menuju selangka, bagian tubuhnya yang dulu selalu penuh kissmark. Gracia pun termenung dan kembali menatap dirinya di depan cermin.
Entah mengapa adegan panas dirinya dan Shani begitu sangat terbayang sekarang. Katakanlah jika dia memang sedang merindukan kekasihnya itu yang memang telah tak bertemu dengannya selama seminggu karena mengurusi cabang perusahaannya di luar kota. Ini menyiksanya. Gracia tak hanya merindukan kehadiran Shani, ia juga sangat merindukan sentuhan gadis itu. Gracia menghela nafas, tangannya membuka laci dan menemukan sebuah kamera. Ia mengambil kamera itu dan membawanya ke atas tempat tidur.
Gracia tak mengerti kenapa dia berakhir seperti ini. Telanjang di atas kasur sambil menciumi baju Shani. Ia tak bisa menahan gejolak dalam dirinya setelah menonton sex tape di kamera yang tadi diambilnya. Awalnya ia hanya menggesek-gesekkan tubuh bagian bawahnya dengan guling di sampingnya namun itu tak cukup, Gracia pun melepaskan celananya dan mengambil lube lalu memasukkan satu jari ke organ intimnya. Melakukannya sendirian seperti ini, tentu rasanya tidak semenyenangkan saat Shani memberinya fingering. Jarinya sendiri tidak bisa dibandingkan dengan jari panjang Shani yang tak pernah gagal memberinya kepuasan.
Saat Gracia masih sibuk memberi kenikmatan pada dirinya sendiri, tiba-tiba ponselnya berdering. Gracia reflek mengumpat, namun ia sendiri tak bisa menolak panggilan itu apalagi setelah tahu bahwa yang menelfonnya adalah Shani. Setelah ia menerima panggilan itu, suara serak Shani hadir memanjakan telinganya. Mungkin pacarnya bangun kesiangan mengingat akhir-akhir ini seringkali begadang. Tapi suaranya yang sexy justru membuat Gracia turn on. Ia tak tahu jika rindunya pada Shani sebegini besarnya hingga hanya mendengar suaranya pun telah membuat tubuhnya panas.
"Sayang? Besok aku pulang ya, aku udah kangen kamu."
"Iya." Ucap Gracia sambil menahan desahan karena ia merasa tak bisa menghentikan gerakan jarinya sendiri setelah membayangkan Shani masih di atas kasur dengan keadaan shirtless.
"Aku baru bangun nih, semalem baru kelar bikin laporan sampe jam 3. Kamu lagi ngapain?"
Dahi Gracia berkeringat. Bukannya berhenti, ia justru semakin melebarkan kakinya sambil menggigit bibir untuk menahan apapun yang keluar dari mulutnya. Betapa kotornya ia sekarang, kekasihnya di sana sedang merindukannya dan di sini ia justru semakin mengacaukan diri dengan menambahkan satu jari.
"A-aku hmm lagi, lagi ngh mikirin kamu."
Mendengar kejanggalan dari suara Gracia, Shani bertanya, "Are you okay? Baby where are you?"
"Di –ah, di kamar."
"Kamu bilang kamu lagi mikirin aku, terus suara kamu kayak gini. Don't tell me-"
"Shani bantuin," Rengek Gracia. "Aku lagi itu, tapi gak keluar-keluar. Gak bisa kayak kamu."
Suara whiny Gracia membuat Shani menggeram. "Fuck." Shani menghela nafas berat. "Coba kasih tahu aku, kamu lagi ngapain sayang? Udah masukin berapa jari?"
"Du-dua."
"Baru dua?" Suara dalam Shani mulai terdengar mengintimidasi di telinganya. "Udah ditambah belum lube nya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Shani ✔
Fanfiction[COMPLETED] "Gre, she loves you" "Who?" "Kalva Shani Indira. Siapa lagi?" "So.... What? Rasa suka aku udah hilang semenjak aku tahu siapa Kakak yang sebenarnya" ### Menjadi pacar Shani mulanya membuat Gracia hanya merasa muak. Tidak sampai ia tahu j...