Part 2

25.1K 1.5K 39
                                    

'Dateng besok. Semangatin gue, tanding basket. Di kampus, pagi. Terus malam minggu, kita date, merayakan kemenangan tim gue nanti. Pakai baju ini. Jangan lupa loh, besok tandingnya.'

"Tuh, baca. Gak ada kata tolong atau ucapan buat ngajak? Semua harus sesuai dengan keinginan dia. Harus selalu nurut sama dia. Dia beneran udah ngatur-ngtur gue seenaknya."

"Coba deh, lo telfon dia. Kasih tau kalau kiriman dia udah nyampe. Bilang makasih juga kek, siapa tau dia bisa berubah jadi baik sama lo."

"Baik apaan? Oh iya, dia tadi minta begitu, untung lo ingetin."

Gracia menggigit bibir bawahnya. "Loadspeaker, dong. Gue ikut denger."

Telfon diangkat pada dering ke-3.

"Halo?"

"Ah, ha-halo Kak? Hm, kirimannya udah sampai rumah. Thanks,"

"Oh, oke. Jangan pikun sama pesannya."

"Hm, oh ya, Kak? Bunga besok ulang tahun, aku diundang. Mau ikut?"

"Tumben ngajak."

-_-

"Gak ada yang nganter aja."

"Tuh kan, pasti ada maksudnya."

"Yaudah deh, gojek aja. Baru inget kalau pacar aku itu orang yang super sibuk."

"Iya ikut, gak usah ngambek segala."

"Siapa yang ngambek. Belum beli kado tapi, besok abis basket, kita beli dulu ya?"

"Mau beli apa emang?"

"Bunga suka bunga. Tapi, mainstream kan ya, kalau kita cuma ngado bunga? Ntar aja deh dipikirinnya, yang penting aku udah minta izin ke sananya." Emang begitu, sih. Gracia harus minta izin sama Shani kalau mau pergi selain ke kampus dan toko buku. Perenggut kebebasan emang.

"Iya-iya. Jangan lupa setel alarm aja. Kamu kan susah bangun pagi. Jangan sampai telat besok."

Gracia menghela nafas. Sisi disiplin dan perfectionis-nya Shani kembali muncul ke permukaan. Itu menyebalkan, Gracia merasa ia jadi selalu serba salah di mata pacarnya. Segala sesuatu harus sempurna bagi cewek itu, sedangkan Gracia? Apa yang diharapkan dari gadis ceroboh yang sering telat bangun pagi?

"Kalau kamu besok gak bisa nganter ke ultahnya Bunga karna kecapean, gak usah gapapa. Aku pergi sendiri aja." Tukasnya, setelah memikirkan kata yang sesopan mungkin dari benaknya, serta menahan makian dan umpatan yang sudah sampai diujung lidah.

"Liat gimana nanti aja,"

"Oke."

"Bye, kalau gitu."

"Hm."

Tuuuuut Tuuuuttt

"Kenapa? Baru tau lo Kak Shani bisa sedingin itu?"

"Gue tau sih dari dulu kalau dia emang keren. Cool. Tapi, gak tau juga kalau itu berlaku pula buat pacarnya. Kaget gue, acuh banget."

"Dia sih emang suka kayak gitu. Pas pertama kenal aja, baru beda."

"Beda gimana?"

"Ya beda. Nyatanya kalau dia dari dulu bersikap kayak gini ke gue, gimana bisa gue terima dia jadi pacar gue, coba?"

"Oh ya, kita tadi ke-pause ya bahas hal itu? Jadi gimana? Cerita dong awal-awal kalian terbentuk itu kayak apa?"

"Bahasa lo apa banget deh. Awal-awal terbentuk?"

"Udah, skip aja. Keburu basi ceritanya."

"Ya gitu, tiga tahun yang lalu, gue berencana buat belajar bareng sama Okta di rumahnya dia. Di situ latar pertama gimana kita bisa saling ketemu dan kenal satu sama lain."

Pacar Shani ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang