"Oh, baiklah kalau begitu. Mungkin karenanya kamu menolak diberikan apapun." Ucap bos itu penuh pengertian. Ia juga pernah merasa muda dan jatuh cinta. "Tapi, Alva, saya pastikan kehadiran saya buat kamu adalah menguntungkan kamu, dan kehadiran kamu buat saya adalah menguntungkan saya. Nama saya Darka, dan saya harap, kita bisa sering-sering melakukan simbiosis mutualisme lagi seperti ini."
Sebelum Gracia sempat mendengarkan, ia menutup telfon itu dengan satu kata. "Terserah."
"Kak Shani?"
Shani menoleh. "Oh ya, alamat rumah aku ada di daerah-"
"Udah tau."
Gracia awalnya mengernyit. "Oh, dikasih tau Okta ya?"
Shani mengangguk. Meneguk ludah diam-diam. Memangnya apa yang mau Okta bahas selain dengan menggodanya habis-habisan tadi? Shani tidak diberitahu apa-apa soal alamat rumah temannya oleh adiknya. Hanya saja, Shani memang sudah tau sebelum ini.
Sejak kapan ya? Oh ya, sejak beberapa hari yang lalu lebih tepatnya. Yakni sejak ia mulai iseng melihat foto-foto di akun instagram milik Okta. Foto-foto yang kebanyakan bukan Okta sendiri yang upload. Tapi di tag sama cewek yang kini sedang duduk sambil menatap kearah luar jendela mobil, di sampingnya.
***
Mama Okta celingak celinguk dari dalam rumah, setelah melihat Gracia melambaikan tangan dari dalam mobil, ia baru berani menemui Okta yang masih betah berdiri di sana. Padahal, mobil itu telah cukup lama menghilang.
"Dek?" Bisik mamanya. "Gimana?" Tanya mama penasaran.
Okta mengangkat kedua jempolnya. "Berhasil, Ma."
Mama mulai berjalan mendekat. "Padahal tadi sebelum itu, Mama baru mau manggil kakak kamu tadi buat nyuruh dia nganterin temen kamu. Eh, malah dia yang udah nawarin diri sendiri. Udah keduluan deh, dia tiba-tiba dateng gitu, bikin Mama kaget aja. Biasanya juga cuek, ya gak?"
Dengan satu anggukan, Okta berbicara. "Kakak suka, Ma."
"Iya Mama tau."
Okta berharap hujan dapat mensamarkan suaranya. "Kakak abis nyelakain orang, Ma."
"Iya Mama tau." Okta menoleh.
Hah? Dia gak salah dengar, kan? Coba cek lagi. "Kakak punya kerjaan kotor, Ma."
Mamanya mengangguk. "Iya Mama tau."
"Apa?" Jadi selama ini mamanya sudah tau? Dia aja baru tau beberapa menit yang lalu!
"Meskipun sebenarnya Mama gak pernah mau tau. Tapi Mama tau." Kata mamanya yang justru diluar dugaan.
"Terus, gimana? Mama gak marah sama Kakak?"
"Mama gak bisa marahin orang yang lagi marah sama hidupnya. Mungkin, ini akibat masa lalu Kakak pas kamu belum lahir. Kakak sering lihat kekerasan di depan matanya. Dulu Papa orang yang tempramen, dan yang sering jadi korban, Mama sendiri. Kamu udah gede Dek, kamu juga harus tahu kenyataan ini." Mama mengelus lembut rambut Okta. "Dan Mama pernah konsultasi, penyakit Kakak memang bisa terjadi disebabkan karena faktor traumatis masa kecil yang terus berulang. Pasti itu dari Papa kamu."
"Mama gak bisa menyalahkan Kakak, walaupun, Mama kecewa sama dia. Tapi sebagai seorang ibu, Mama harus sayang sama semua anak Mama gimanapun sikapnya. Mama gak bisa membenarkan tindakan Kakak, tapi, Mama yang lebih tau siapa dia. Kakak baik, dia cuma gak bisa bedain mana yang salah dan bener. Dan itu semua karena kesalahan Mama sama Papa."
Okta sepenuhnya tercengang. Yasudahlah, tidak seharusnya ia membahas hal yang menyakitkan.
"Kakak mau pacaran Ma, sama cewek." Kata Okta mengalihkan pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Shani ✔
Fanfiction[COMPLETED] "Gre, she loves you" "Who?" "Kalva Shani Indira. Siapa lagi?" "So.... What? Rasa suka aku udah hilang semenjak aku tahu siapa Kakak yang sebenarnya" ### Menjadi pacar Shani mulanya membuat Gracia hanya merasa muak. Tidak sampai ia tahu j...