Gracia masih terlihat cemas. Setengah mati malah. Ia mondar-mandir di tempatnya berdiri. Sesekali ia berhenti dan menunggu. Atau mengetuk-ngetukkan kakinya atau jari tangannya pada meja makan di hadapannya.
Ia tak bisa tinggal diam.
"Huh.. Gue bisa stress lama-lama." Gracia memijat keningnya. Tangannya bergerak cekatan mengambil gelas dan menuangkan air putih dari teko lalu meminumnya habis, dalam sekali teguk.
Saat ia sudah bingung harus berbuat apa, ia pun menangkupkan kedua tangannya, "Tuhan, semoga Kak Shania baik-baik saja. Lindungilah dia, jangan biarkan dia terluka. Semoga Tuhan selalu ada bersamanya. Amin."
Ceklek. Suara pintu terbuka. Gracia membuka matanya. Pintu itu dari kamar mandi di sampingnya, kamar mandi yang tadi sempat dimasukinya.
Gracia menoleh. "Eh." Kagetnya.
Ponsel yang ia genggam sampai jatuh. Ia melihat seorang cewek disana, hanya memakai handuk yang menutupi tubuhnya.
Oh-My-God.
Mengutamakan kesopanan, Gracia menunduk. Cewek itu sepertinya lebih tua darinya beberapa tahun. Ia pun mengambil ponselnya lalu bertanya, menatap mata hitam yang tajam seperti elang itu.
"K-kamu siapa?"
"Kamu sendiri?"
Gracia menunjuk dirinya sendiri. "Aku, Gracia. Gak, Gak maksudnya, nama aku Gracia Harlan Avira, panggil aja Gracia. Sahabatnya Okta." Gracia menunjuk arah ruang tengah dimana Okta berada. Dengan ragu ia bertanya, "Ini rumahnya Okta, kan?"
Cewek itu mengangguk.
Gracia menghela nafas lega. Huft, kirain salah rumah.
"Terus, kamu siapa?"
"Kakaknya."
"O-oh, jadi si Okta punya kakak?"Gumamnya pada dirinya sendiri. "Kok gak pernah ngasih tau gue sih? Cantik gini lagi, gak sopan banget tuh anak sengaja bikin gue bloon karena gak tahu kalau dia ternyata punya kakak," Desisnya kesal. Cewek itu hanya menatapnya. "Oh gitu ya, hehe. Gak tadi, kaget aja gitu lihat tiba-tiba dateng dari sana," Gracia menunjuk pintu kamar mandi. "Kapan masuknya? Oh iya, sebelum gue dateng kali ya."
Duh, kenapa jadi gagap gini sih? Harus gitu yah, gue malu-maluin diri sendiri kayak gini? Batin Gracia, meringis dalam hati.
"Kok, kamu ada di sini?"
"Aku ambil gelas. Gak maksudnya mau ambil minum. Kan minumannya di dapur, iya.. air putih. Ini tadi, abis minum air putih di dapur soalnya kan haus."
Cewek itu menggeleng. "Gak, maksudnya tumben dia ngajak temen sekolahnya ke rumah."
"Oh itu," Gracia ingin sekali membenturkan kepalanya yang connect-nya tuh lama. "Kerja kelompok gitu satu bangku, aku kesini buat belajar." Katanya dengan bangga. Pelajar dong, belajar.
Kakak Okta meneliti seragam yang dipakai cewek itu.
"Oh ya, nama Kakak siapa?"
***
Suara mobil berderum di halaman rumah. Membuat Okta sedikit curiga, papanya kan lagi ada perjalanan bisnis ke luar kota, siapa orang yang bertamu malam-malam begini?
Tok Tok Tok.
Okta membuka pintu rumahnya.
Ada seorang pria asing yang tubuhnya agak basah karena gerimis.
"Selamat malam."
Formal banget, batin Okta. "Malam. Cari siapa, ya?"
"Alva-nya ada?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Shani ✔
Fanfiction[COMPLETED] "Gre, she loves you" "Who?" "Kalva Shani Indira. Siapa lagi?" "So.... What? Rasa suka aku udah hilang semenjak aku tahu siapa Kakak yang sebenarnya" ### Menjadi pacar Shani mulanya membuat Gracia hanya merasa muak. Tidak sampai ia tahu j...