Terkadang, ada beberapa hal yang Gracia ingin sekali Shani lakukan kepadanya. Tapi itu semua tidak terkabul. Seperti, Gracia ingin Shani tidak suka akan sikapnya yang kelewat manja, Gracia ingin Shani benci akan sikap matrealistisnya. Atau, Gracia ingin Shani malu punya pacar jorok kayak dia.
Gracia yakin ada yang salah dengan Shani sekarang. Sebenarnya siapa yang bersikap aneh? Seharusnya reaksi Shani tidak boleh setenang ini disaat ia sendiri merasa begitu gelisah. Normalnya, orang tidak akan memaklumi sikap Gre yang tiba-tiba berubah luar biasa, seperti Desy dan Siska yang bahkan telah terlebih dulu menyadarinya. Tapi, apakah Shani memperhatikan perubahan sikapnya itu? Ini aneh, benar-benar aneh.
Apakah Shani sengaja? Pura-pura tidak tahu? Tapi, mengapa?
Apa yang disembunyikannnya?
"Kak,"
Gracia tidak tahan untuk tidak melirik Shani yang sedang menyetir di sampingnya.
Bahkan saat Gracia meminjam ponsel Shani tadi, dan tidak sengaja menjatuhkannya karena kecerobohannya pun, Shani sama sekali tidak marah. Gracia mempererat cengkraman tangannya yang menggenggam seatbelt, ini seperti menunggu detik-detik sebuah bom waktu akan meledak, entah apa pemicunya. Dan batas kesabaran Shani akan meluap.
Tidak. Gracia memang ingin Shani marah. Tapi, akan lebih baik jika Shani marah bukan saat mereka hanya berdua. Bagaimana jika dengan tiba-tiba Shani akan menjambak dan mencekiknya sampai mati karena kehabisan oksigen?
"Hm?"
Gracia terkesiap mendengar suara Shani. Jantungnya berdegup cepat, reaksi karena kaget. God, kenapa suasananya jadi horror begini?
Meskipun begitu, Gracia juga bingung dengan kemauannya. Gre ingin Shani marah tapi ia tidak mau menghadapi Shani yang sedang marah. Nah terus dia harus gimana?
"Tadi katanya mau ngomong sesuatu? Ngomong apa?"
Apakah harus sekarang, Gracia melancarkan aksi dari rencana cadangannya? Rencana yang bahkan Nadse saja sangat menentangnya, dan telah menebak jika Gracia pasti gagal pada akhirnya.
Gracia kini bukan hanya melirik, namun telah menatap. Memandang Shani dari dekat, merasakan keberadaan seseorang yang pernah menjadi asing bagi dirinya. Seseorang yang dulu begitu gencar mendekatinya. Seseorang yang selalu berusaha tuk memaksanya. Seseorang yang ingin sekali ditinggalkannya.
Gracia sempat terlintas dalam pikirannya...
'Ada kalanya, aku dan Kak Shani sangat dekat. Bukan hanya bayanganku semata.'
Ia ingat bagaimana sikap Shani beberapa menit yang lalu, yang melindunginya, menjaganya, menuntunnya masuk mobil. Saat-saat mereka pendekatan dulu, semuanya justru terasa sangat manis sebelum ia tahu jika semua itu hanya sandiwara palsu. Shani yang menyelamatkannya, dari kejaran orang-orang brutal yang mengancam keselamatan jiwanya. Shani yang pernah mengorbankan darah untuk dirinya.
'Tapi di satu waktu. Kami merasa seperti tidak saling kenal. Kami menghabiskan sedikit waktu untuk berduaan. Kami tak seperti pasangan lain yang sering membahas soal perasaan. Aku tak memberitahu dia tentang keinginanku yang ingin putus. Masing-masing kami merasa ada sesuatu yang disembunyikan. Malahan, kami sama-sama mencoba menghindari masalah, dengan saling berpura-pura untuk tidak tahu. Aku penasaran, kenapa?'
Ada kalanya saat Shani bersikap baik, ada kalanya saat Shani bersikap jahat. Itu semua benar-benar sangat tidak wajar. Saat seseorang bersikap dengan perubahan yang drastis dan itu terjadi terlalu sering, berturut-turut. Saat Gracia yakin Shani adalah seseorang yang cuek, tidak punya perasaan dan manusia berhati dingin. Tapi dia malah menunjukkan sisi perhatian yang tidak pernah Gracia sangka.
![](https://img.wattpad.com/cover/129915572-288-k825301.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Shani ✔
Fanfiction[COMPLETED] "Gre, she loves you" "Who?" "Kalva Shani Indira. Siapa lagi?" "So.... What? Rasa suka aku udah hilang semenjak aku tahu siapa Kakak yang sebenarnya" ### Menjadi pacar Shani mulanya membuat Gracia hanya merasa muak. Tidak sampai ia tahu j...