Part 29

13.6K 1.1K 187
                                    

Shania turun dari tangga. Matanya menyapu ke sekeliling rumah dan tiba-tiba terkaget saat melihat pemandangan di depan TV itu. Shania berjalan mendekat untuk memastikan bahwa yang dilihatnya adalah nyata. Ia hampir saja terlonjak tadi, tapi sekarang senyum lebar mulai muncul di wajahnya.

Senyum tenang yang damai untuk melihat dua orang yang tidur dengan tenang dan damai. Sambil mengangkat kedua alis heran batin Shania berkata, "Tumben, nih anak berdua akur banget." Shania bersedekap sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat bagaimana Gracia dan Shani saling tertidur sambil berpelukan di atas sofa yang untungnya tidak terlalu sempit bagi mereka berdua.

Lengket banget kayak lem sama perangko.

Apapun yang tadi malam telah terjadi pada kedua orang yang disayangi oleh kakak cewek Gre itu, Shania tidak mau ambil pusing. Ia hanya akan bersyukur dengan hubungan mereka yang kini mulai berjalan, membaik dari sebelumnya.

"Gue gak lagi harus berantem sama Gre mulai sekarang," Gumamnya sambil tersenyum. Lalu berbalik dan bersiap untuk berangkat kerja, setelah menyiapkan makanan diatas meja makan.

Yang jelas, Shania ikut bahagia, jika kedua adiknya juga bahagia.

***

Gracia adalah orang yang terlebih dulu bangun daripada Shani. Melihat bagaimana cewek itu melenguh dalam tidurnya sangatlah lucu. Shani seperti bayi besar yang meringkuk kala Gracia menengoknya setelah keluar dari kamar mandi.

"Lucu banget sih, kayak kucing." Katanya begitu melihat wajah polos Shani saat tertidur.

Shani seperti jelmaan malaikat atau manusia tanpa dosa yang hidup di dunia dengan ekspresi lugu seperti itu. Hal yang beralasan karena Gracia tidak bisa menahan rasa gemasnya melihat Shani yang kadang diam kadang bergerak kecil selagi ia tidur tanpa sadar.

Gre tidak tahu sejak kapan dan sudah berapa lama ia memperhatikan Shani sampai Shani bangun dari kedamaiannya.

"Morning..."

Shani mengerjapkan matanya, lalu pelan-pelan beranjak duduk sambil meringis dan memegang kepala. "Ada gempa ya?"

"Hah? Kok bisa, gak kok." Gracia menggeleng sambil terkekeh geli. "Masih pusing ya? Makanya gak usah mabuk kalau tau bakal bikin sakit kepala."

"Kok, gue bisa ada di sini?"

Senyum Gracia luntur. Sudah balik jadi gue, apakah Shani akan melupakan semua moment sweet yang terjadi semalam?

"Gre? Kenapa kamu malah diem aja?"

"Kakak, gak inget apapun?"

"Gue inget."

"Apa coba?" Tantang Gracia.

"Kamu batalin janji kita. Trus gue gak bisa marah sama kamu. Karena itu, gue ke bar semalem buat minum. Trus setelah beberapa gelas, gue keluar dari tempat itu lalu pingsan? Kamu yang nolongin gue pingsan ya?"

Gracia mendesah kecewa. "Iya. Aku nolongin kamu yang pingsan di pinggir jalan. Waktu itu aku gak sengaja lewat."

Shani mengernyitkan dahi. "Kamu?"

"Ah, gak. Maksudnya, aku nolongin Kakak yang semalem pingsan di pinggir jalan, gitu." Gracia mengusap tengkuknya gugup.

"Hm, makasih Gre."

Pagi yang monoton. Padahal Gracia kira, setelah apa yang terjadi semalam semua hari selanjutnya akan berjalan istimewa. Apakah Shani benar-benar tidak mengingatnya? Semua momen penting itu?

"Kenapa sih kok malah cemberut?"

Gre tersenyum kecil, canggung. "Gak papa. Oh ya, Kakak gak mau ke kamar mandi dulu? Abis itu kita bisa langsung sarapan bareng." Aktingnya pura-pura ceria meski dalam hati merasa kecewa.

Pacar Shani ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang