"Lo apa?"
"Kuping lo bermasalah ya Kak?"
"SEKALI LAGI GUE TANYA, LO APA HAH?"
"GUE PUTUS, P-U-T-U-S. THE END, GAME OVER, TAMAT, UDAHAN, POKOKNYA UDAH GAK BERHUBUNGAN LAGI SAMA SEKALI. PUAS LO?"
"WHAT?!"
"Udah dibilangin dari tadi kenapa masih apa-apa mulu sih?" Kesal Gracia.
Tidak heran sih Shania kaget sampai menyemburkan air putih yang baru saja diminum pagi ini.
"SIAPA YANG MUTUSIN. LO KAN? IYA PASTI LO NIH BIANG KEROKNYA!"
"LAH KOK JADI GUE YANG SALAH? KENAPA LO MALAH NYALAHIN GUE?"
"KARENA GAK MUNGKIN ALVA YANG MUTUSIN LO DULUAN BEGGHOO!"
Dih, pake bego-begoin segala lagi!
"Yaudah sih gak usah ngegas."
"Nah terus, gue bingung sama satu hal ya Gre." Shania mulai bersedekap dan memandang Gre dengan tatapan meremehkan. "Kalau beneran lo yang mutusin dia, tapi kenapa mata lo yang merah dan tembem-tembem kayak panda gitu? Lo nyesel kan, ha? Lo abis nangis semalaman, kan? Ngaku aja lo, makanya kalau mau bertindak tuh dipikir dulu jangan malah bertindak terus mikirnya belakangan!"
Gracia menggigit bibirnya sambil menatap Shania dengan pandangan sinis. Pagi-pagi udah bikin kesel. Padahal bahaya loh, berurusan sama orang yang baru aja patah hati. "Gue gak bisa tidur ya semaleman makanya mata gue jadi gini. Susah ya jadi orang cantik emang, tembem dikit aja langsung keliatan. Sotoy sih lo."
"Ngeles mulu kayak kang bajaj. Oh ya, kok lo mentang-mentang abis putus, jadi tambah ngeselin sih Gre?"
"Jangan minta disleding deh Kak."
"Pasti gara-gara badmood ya? Makanya ya kalau punya gengsi tuh jangan kegedean. Turun derajat kan lo jadi jomblo. Seneng lo sekarang?" Goda Shania dengan bumbu-bumbu kalimat sarkastiknya.
Siapa juga yang seneng abis putus dari pacar yang masih dicintainya? Gila kali ya dia, yang ada juga hati Gre tuh masih remuk-remuk nelangsa tau!
Ibarat di komik nih, telinga Gre udah muncul asap mengepul gitu. Gracia nafsu banget pengen ngelanjutin marahnya, tapi nanti aja deh. Keburu telat, pagi ini kan dosennya killer level jahanam.
"Udah deh Kak. Capek gue bahas ginian." Iya, capek hati. Jiwa dan raga. "Mending kalau mau interogasi, dipending aja. Gue buru-buru nih, gak enak juga udah ditunggu Viny di luar."
Bahkan suara Shania masih dapat Gracia dengar sampai di pintu saat kakaknya itu mengeluh panjang. "Duh, Gre. Kenapa sih lo mah malah kayak gini. Buat keputusan gegabah banget, njir. Gue kehilangan dong, calon adik ipar potensial yang selalu dermawan beliin gue tas-tas branded gitu. Kapan lagi coba, lo bisa dapet pacar tajir kayak dia? Goblok, goblok goblok. Kenapa gue punya adek begini amat sih bentukannya. Pengan gue rukiyah deh. Mabok kali dia pas ngomong putus. Kesambet dedemit apaan sih lo? Dodol banget."
Gracia mengelus dada dengan tersenyum masam. "Amit-amit itu punya kakak mulutnya ya Tuhan, bukannya doain yang baik-baik malah ngomong sembarangan. Dan apa tadi dia bilang? Berarti secara gak langsung, kakaknya memanfaatkan kekayaan Shani dong? Gila, yang ada tuh dia yang dodol."
Ck, seharusnya tadi Gre gak usah jawab pas ditanya Shania soal dengan kendaraan apa yang dia gunakan untuk berangkat kuliah pagi ini. Ya Gre otomatis jawab jujur dong sesuai kenyataan. Bahwasannya dia mau pergi bareng Viny -tetangga rajin, taat, dan tidak serta merta menjadi rakyat yang sombong- karena kebetulan yang menyenangkan Viny itu satu fakultas sama dia.
![](https://img.wattpad.com/cover/129915572-288-k825301.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Shani ✔
Fanfiction[COMPLETED] "Gre, she loves you" "Who?" "Kalva Shani Indira. Siapa lagi?" "So.... What? Rasa suka aku udah hilang semenjak aku tahu siapa Kakak yang sebenarnya" ### Menjadi pacar Shani mulanya membuat Gracia hanya merasa muak. Tidak sampai ia tahu j...