"Jadi, lo ada di sini." Gracia mengalihkan pandangannya. "Sejak kapan?"
"Sejak lama. Gak ada orang di rumah." Dyo mengendikkan bahu. "Jadi gue pikir gue akan nunggu beberapa menit, sebelum mobil Shani tadi datang. Dan kalian turun dari dalam sana, berdua. Terus, lo sendiri pasti tahu kelanjutannya gimana." Ucap Dyo sambil bergeser untuk memberi jalan bagi Gracia yang melewatinya.
"Kuncinya pasti ada di sekitar sini." Gracia mengangkat secara bergantian satu per satu kursi kayu yang ada di teras rumah. Alih-alih menempatkan kunci cadangan di balik keset welcome atau di bawah pot bunga, Shania lebih suka menyembunyikannya di bawah salah satu kaki kursi kayu. Biar gak klise katanya.
"Got you." Bisik Gre saat ia telah berhasil menemukan kunci itu. Kemudian ia melangkah menuju pintu.
"Kak Shania kemana?"
"Ke acara ulang tahunnya Bunga. Sahabat gue selama kuliah. Lo inget kan orang yang selalu gue ceritain suka banget sama berbagai jenis bunga dan hobi banget nonton drama Korea?"
"Ah, ya. Berarti tadi, lo habis dari sana sama pacar lo ya? Kok pulang duluan? Lo gak sengaja ninggal kakak lo biar lo bisa berduaan sama Shani, kayak tadi kan?" Gracia mendengar ucapan Dyo yang semakin lama berubah jadi semakin pelan. Apalagi pada kalimat terakhir yang seolah membuat Gracia ingin mengubur diri saking malunya, mengingat adegan ciuman panas tadi yang ternyata ditonton oleh sahabatnya.
Gracia menghela nafas panjang. "Gak. Gue gak dari sana. Gue juga gak tau kenapa sampai jam segini Kak Shania belum pulang juga." Gre baru ingat, bagaimana dengan Bunga? Kenapa sampai sekarang anak itu belum menghubunginya? Gracia tahu jika rencana yang telah ia bayangkan akan berhasil malam ini sepenuhnya telah gagal. Cuma, kok Bunga sama sekali gak ingat untuk mengabarinya?
Gracia memeriksa ponselnya sekali lagi. Notifikasi memang tidak sepenuhnya kosong. Ada beberapa, itu pun hanya dari operator dan segala macam intrik promosinya.
"Loh? Bukannya itu ultahnya sahabat lo? Terus lo dari mana?"
"Gue gak dateng." Lirih Gracia, masih dalam posisi membelakangi Dyo.
"Kenapa?" Tanya Dyo dengan nada curiga.
Ceklek. Pintu rumah telah terbuka. Hal ini memaksa Gracia tidak punya alasan lagi untuk mengulur waktu. Ia terpaksa berbalik untuk kembali menghadapi Dyo, dan segala macam rasa penasaran yang ia punya.
"Kenapa?" Tanya Dyo sekali lagi. Gracia tidak nyaman denga situasi ini, apalagi dengan tatapan tajam Dyo yang seolah menembus pergolakan yang ada di dalam kepalanya. Membuat Gracia kehilangan jawaban untuk menjawab pertanyaan sesederhana itu.
"Lo tau-" Gak seharusnya lo ikut campur masalah gue, Dyo.
"Pasti gak dibolehin sama Shani ya?" Gracia tergelak. Dia menatap Dyo yang balik menatapnya dengan bahasa tubuh yang memojokkan. Diam-diam Gre meneguk ludah. Dyo memang tahu semuanya. Tahu bagaimana Shani dan hubungan anehnya dengan cewek unpredictable itu. Dyo selalu tahu.
Hanya dengan melihat sorot mata Gracia pun, Dyo bisa tahu Gre sedang bohong atau tidak. Dan itu menyebalkan.
Gracia tidak menjawab. Tapi mungkin, gerak-gerik gelisah yang ditunjukannya membuat Dyo bisa mencari spekulasi sendiri. "Gue tahu. Lo pasti dilarang sama dia. Sekali lagi, itu bikin lo muak, tapi lo gak bisa berbuat apa-apa? Sampai kapan lo mau kayak gini terus? Bisa merasa di atas awan dia merasa berhak buat ngatur-ngatur hidup lo, Gre! Kemarin, dia gak ngijinin lo temu kangen sama gue. Sekarang, dia melarang lo buat dateng ke pesta hari jadi sahabat lo. Besok-besok apa? Mungkin lo juga gak bakalan boleh jemput Bokap sama Bang Marco di bandara seiyanya mereka bakal pulang ke sini suatu saat nanti. Hah. Kenapa lo bisa jadi sepengecut ini Gre? Mana Gracia yang dulu gue kenal? Yang selalu berani menentang apapun yang gak dia suka, dan melawan apa yang menurutnya salah?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Shani ✔
Fanfic[COMPLETED] "Gre, she loves you" "Who?" "Kalva Shani Indira. Siapa lagi?" "So.... What? Rasa suka aku udah hilang semenjak aku tahu siapa Kakak yang sebenarnya" ### Menjadi pacar Shani mulanya membuat Gracia hanya merasa muak. Tidak sampai ia tahu j...