Part 34

12.4K 1K 140
                                    

Tidak akan ada orang yang dapat mengerti perasaannya.

Ini sangat membuatnya merasa gila.

Kenapa saja ia harus jatuh cinta kepada Gracia?

Kenapa hanya senyum dari gadis itu yang selalu ingin ia lihat?

Seminggu ini Shani selalu datang ke rumahnya. Mendapati Gracia merasakan rasa tertekannya. Kalau tidak sedang membiarkan dirinya basah dan kedinginan di dalam kamar mandi, Gre hanya akan melamun di pojokan kamar, tidak mau diajak bicara, tidak mau diajak berinteraksi.

Shani tau ini mungkin karena ia terlalu keras kepadanya, tapi Shani tidak bisa menahan dirinya sendiri.

Sampai sekarang ia tidak pernah bertemu dengan Gre, semua kabar itu didapati dari Shania. Sehari-hari Shani hanya akan meluangkan waktu sebentar untuk datang ke rumah Gre, berdiam diri dengan duduk di sofa ruang tamunya, mengingat bagaimana ia dan Gre pernah mencapai satu kali masa paling bahagia dalam hidupnya. Atau berdiri di depan pintu kamar Gre yang terkunci dari dalam, mengusap pintu itu pelan seolah sedang merasakan bagaimana ia bisa menyentuh Gre yang tak terjangkau itu.

Sakit sekali hatinya mengingat semua hari yang telah berlalu.

Shani bersandar pada pintu. Ia tidak tau bagaimana cara untuk hidup setelah Gracia meninggalkannya.

Ia membiarkan Gre pergi dengan keputusannya yang meminta putus agar ia tak perlu menahan lagi kemarahannya yang pasti kan membuat gadis itu takut.

Ia tidak bisa mengontrol emosi selagi ia tau Gracia dapat hidup tenang setelahnya, dan terlihat masih baik-baik saja. Berbanding terbalik dengan dirinya.

Ia tahu Shani membuat semua orang khawatir, Mama, Okta, Nadse, bahkan Papa yang tidak pernah di rumah itu. Mereka takut dengan keterdiaman Shani yang lebih mengerikan dan semakin mengerikan setiap harinya.

Lalu drama apalagi yang akan terjadi kedepannya?

Shani mendongak sembari mendesah sambil memantukkan kepalanya di pintu. Ia memejamkan matanya sejenak, mengingat kejadian seminggu yang lalu itu.

Nadse, ah iya Nadse. Poor cousin.

Cewek itu telah membuatnya kesal di hari yang sama saat mereka bertemu di restoran. Nadse yang kebetulan tau kabar putus dari curhatannya Okta, segera menghubungi Shani. Shani tau Nadse juga khawatir, tapi tidak seharusnya ia meminta Shani untuk melakukan hal yang lebih jauh seperti : melupakan Gre.

Shani ingin sekali memutar bola mata jika mengingatnya. Memangnya Nadse pikir, dia bisa apa hah?

"Stop lah Shan, begini aja lebih baik. Biarin Gre bahagia sama keputusan dan hidupnya. Kalau lo cinta sama dia, lo harus bisa ikhlasin itu, perasaan lo."

Shani yang sedari tadi menunduk kini mendongak menatapnya.

"Perasaan lo terlalu kompleks buat dia. Lo rumit, sedangkan Gracia sederhana. Egois kalau lo mau hidup dia yang bersih itu lo campuri dengan hidup yang lo punya. Kalian memang baiknya kayak gini, biar sama-sama gak selalu saling menyakiti."

Apa yang Shani bilang? Tidak akan ada orang yang dapat mengerti perasaannya.

Lagipula lucu sekali Nadse ini, memangnya kalau hidup Gre itu bersih, apa hidupnya adalah hidup yang kotor, penuh dosa, tidak suci, dan hitam yang tidak pantas bercampur dengan putihnya hidup Gre, gitu?

"Maksud lo, gue gak pantes buat dia?"

Itulah kesimpulan yang pertama dapat Shani sadari.

"Dia gak akan pernah bisa ngertiin lo. Gue tau itu."

Pacar Shani ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang