"Dia, Gue minta adek lo."
Shania sempat merasa dia ada di dunia dengan gravitasi planet yang berbeda. ".....???"
"Satu permintaan aja. Gue minta Gracia." Tegas perempuan itu sekali lagi.
Flashback END
"Terus? Lo bangun di rumah sakit dan kalian langsung jadian gitu?"
Gracia memutar bola mata. "Ya gak lah."
"Oh ya, Kak Shania bilang apa, dia gak cerita gimana dia bisa kenal Kak Shani sama lo?"
"Dia cerita sama gue, setelah gue paksa dia berulang kali dan janji bakal mau jadi pengiring pengantin buat acara pernikahannya."
"Ceritanya gimana?"
Gracia membasahi bibirnya saat ia mulai memperagakan persis seperti apa yang Shania katakan, sekitar tiga tahun yang lalu. "Kak Shania bilang soal Alva yang begini, Alva yang begitu. Dia seolah lebih seperti mempromosikan Kak Shani buat gue daripada cerita tentang pertemuan mereka. Nih kayak gini, Alva hatinya baik banget, dia yang menyelamatkan gue pas papasan di jalan dari si pembunuh. Alva ototnya kuat banget, dia yang nonjokin pembunuh itu, sebelum si pembunuh berhasil kabur setelah membunuh korban di depan mata gue. Alva lagaknya keren banget, dia yang udah mau minjemin handuknya buat nyumbat darah di leher gue. Alva bla bla bla, gue juga di situ udah mulai rada bingung sama Kak Shania yang terlalu over fokusin cerita ke kelebihan Kak Shani aja."
"Mereka ketemu di TKP pembunuhan itu?" Tanya Bunga dengan ekspresi ngeri.
"Iya, Kak Shania bilang, dia yang awalnya lari karna kabur dari Kak Boby yang saat itu ngejar dia setelah mereka berdua berantem hebat, kesasar di gang kumuh yang sepi banget. Kak Shania lihat pembunuhan itu di depan mata, antara si pembunuh sama korban yang di beritain di TV. Korban itu akhirnya mati. Dan Kak Shania lihat semuanya. Karena si pembunuh merasa terancam kalu Kak Shania berhasil lolos dan berpotensi besar buat melaporkan dia, Kak Shania ikut dikejar juga."
"Dia jadi ikut kena aniaya sama pembunuh itu. Nah pas Kak Shania udah yang pasrah, Kak Shani yang pada saat itu lagi kebetulan lewat setelah ada urusan kerja di GI nolongin dia. Kak Shani mukulin pembunuh itu dan saat Kak Shani bantuin Kak Shania, si pembunuh ternyata masih bisa lari dan pergi, kabur duluan. Disitu Kak Shani dan Kak Shania kenalan, terus Kak Shania ketemu Kak Boby dan mereka langsung cabut ke rumah sakit karena pembunuh tadi udah menusuk leher Kak Shania lumayan parah. Kak Shania cerita gitu kronologisnya ke gue."
Shania sengaja tak menceritakan jika Shani-lah seorang pembunuh itu, ia melindungi nama baik Shani di depan adiknya. Bagaimanapun, semua itu hanyalah soal kebohongan.
"Ohhh, gitu ya." Bunga mengangguk mengerti. "Kak Shani berjiwa besar banget."
"Itu kan dulu, sekarang udah nggak."
"Kasian ya Kak Shania, sampai yang ketusuk-tusuk gitu! Hiii, merinding gue ngebayanginnya,"
"Mungkin kalau lo bisa lihat, di lehernya masih ada bekasnya. Bekas luka tusukan itu. Kalau lo lihat itu, sekarang lo gak akan bertanya-tanya lagi Kak Shania dapat bekas luka itu dari mana."
"Terus, apa kabar sama si pembunuh?"
Gracia menghela nafas pelan-pelan, "Gue rasa, dia masih hidup sampai saat ini,"Cekamnya.
"Belum ketemu?"
"Gak tau kenapa, tiba-tiba kasus ini ditutup bahkan sebelum Kak Shania diwawancara sama tim polisi, juga sebelum bukti-bukti itu kembali lebih digali untuk diperiksa. Media mengalihkan berita pada kecelakaan yang terjadi antara anak menteri yang mabuk-mabukan di jalan raya dan seorang calon DPR, yang saat itu lagi heboh-hebohnya. Gak ada yang bahas lagi soal pembunuhan itu, semua berita hilang sekejap, semua data seolah lenyap bagaikan peristiwa tragis itu tak pernah terjadi. Aneh, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Shani ✔
Fanfic[COMPLETED] "Gre, she loves you" "Who?" "Kalva Shani Indira. Siapa lagi?" "So.... What? Rasa suka aku udah hilang semenjak aku tahu siapa Kakak yang sebenarnya" ### Menjadi pacar Shani mulanya membuat Gracia hanya merasa muak. Tidak sampai ia tahu j...