"Lo emang gak buta karena cinta. Tapi lo yang membutakan diri lo lebih dulu, hingga lo takut jatuh cinta."
Suara hujan turun memenuhi langit-langit ruangan. Gracia tidak merasa basah, tidak merasa sejuk, tidak merasa damai. Bahkan, rasanya dia menjadi hampa, kosong, sepi dalam ramai.
Gracia termangu dan ia tahu mengapa ia bereaksi seperti ini. "Gue gagal paham. Gue gak ngerti lo ngomong apa sumpah."
Bullshit Gracia bilang gitu. Dia sebenarnya tahu. Dia sebenarnya ngerti. Dia cuma pura-pura bloon. Pura-pura tolol demi menghindari semua topik yang bikin dia gak nyaman ini.
"Lo tahu gue ngomong apa,"
Gracia jelas tak bisa membohongi Nadse.
"Apa sih yang lo mau dari Shani?"
Dulu? Kemenangan.
"Kenapa lo mau jadi pacar dia? Apa yang bikin lo terdorong sampai punya hubungan sama dia? Gue lebih-lebih gagal paham. Gue kira, lo manfaatin Shani karena dia tajir. Tapi, lo gak ngelakuin apapun sama harta yang dia punya, dari dulu sampai sekarang. Lo bahkan gak terlihat cinta sama dia. Apa motif lo dibalik semua ini?"
Yang Gracia tahu dan rasakan :
Awalnya Gracia ingin balas dendam. Dia ingin menunjukkan kepada Shani, bahwa tak semua yang dia mau dan inginkan, bisa ia miliki dengan mudah. Awalnya Gracia ingin menyiksa Shani, mengajarkannya bahwa meski ia punya Gracia untuk dipamerkannya kepada siapapun sebagai pacar, tapi ia takkan bisa menggenggam Gre di tangannya. Ia boleh mencengkram, mengintimidasi, mendominasi, tapi ia tak bisa membuat Gracia sukarela menjalani secara tulus semuanya. Ia menunjukkan kepada Shani boomerang dari keterpaksaannya. Ia ingin mengajarkan jika rasa ikhlas yang dimilikinya itu berharga.
Ia ingin menunjukkan betapa Gracia, tidak ingin pernah terikat dengannya dalam bentuk apapun.
Ini tak serumit yang kalian kira.
Shani butuh pelajaran. Sekiranya begitulah yang dipikirkan Gre. Jangan terlalu menghakiminya yang berhak punya pendapat serta pendirian."Shani butuh, pengertian."
Itu menjelaskan seperti, banyak hal. Menjelaskan bahwa apa yang selama ini diyakini Gracia itu salah. Benarkah?
"Ada sesuatu yang begitu kuat dalam diri Shani. Suatu saat lo gak akan bisa mengelaknya. Suatu saat lo gak akan bisa memakluminya. Dan disaat yang sama gue harap, lo gak akan boleh meninggalkannya. Lo ngerti Gre?"
Gracia mengangguk. Ia tak pernah melihat Nadse berbicara se-serius ini -kecuali mengenai fashion dan gossip artis terkini- Lidahnya kelu. Ini tidak seperti apa yang ia bayangkan. "Lo udah janji sama gue." Tekannya.
Dia ingat, dia juga pernah menjanjikan hal yang sama kepada Okta, dan beberapa orang lainnya.
Faktanya, Gracia pernah menemukan dirinya merasa takut. Ia takut terjebak, takut terjebak maksudnya dalam jebakannya sendiri. Takut ia malah ikut memberi pelajaran kepada dirinya sendiri.
Suatu saat dia tak akan bisa pergi kemana-mana, disaat yang sama dia seharusnya sadar, dia tidak boleh hanya memberikan seseorang sebuah pelajaran, namun juga pengertian.
Ah, Gracia benci memikirkan hal-hal yang berat nan rumit. Dia suka segala hal yang sederhana.
Berpikir yang sederhana.
Seperti hujan malam ini.
Gracia seperti dapat merasakan bunyi rintikan air dari luar sana. Ia bisa merasakan hujan membasahi pikirannya.
***
"Nad, gue berpikir, Shani juga gak bahagia sama gue. Buktinya, dia jarang ketawa lepas, dengan atau tanpa gue di hidupnya. Semua udah kosong dan kehadiran gue gak merubah apapun. Percuma kan kalau ini terus berlanjut?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Shani ✔
Fanfic[COMPLETED] "Gre, she loves you" "Who?" "Kalva Shani Indira. Siapa lagi?" "So.... What? Rasa suka aku udah hilang semenjak aku tahu siapa Kakak yang sebenarnya" ### Menjadi pacar Shani mulanya membuat Gracia hanya merasa muak. Tidak sampai ia tahu j...