Part 26

10.9K 830 60
                                    

Flashback again.......

Dyo sedang kembali menghidupkan ponselnya setelah keluar dari pesawat yang membawanya terbang sampai akhirnya tiba di Jakarta.

Di tempat inilah ia sengaja melarikan diri. Dyo memang tak memberitahu keluarganya atau siapapun perihal rencana berlibur di tahun ini. Bahkan pada neneknya di Bandung yang selalu menantikan kepulangannya dan bertanya setiap hari soal kabarnya selama tinggal di Malaysia.

Dyo bukannya tidak rindu pada sang nenek, ia hanya tidak ingin keberadaannya disini diketahui oleh kedua orangtuanya yang selalu merecokinya tentang baiknya masa depannya apabila ia mau menjadi penerus perusahaan keluarga. Setelah Dyo mau jurusan kuliah nya sudah diatur oleh Papa, kali ini ia menolak mengubur impian dan cita-citanya demi keinginan orang tua yang selalu mengekang apa yang diinginkannya.

Dyo bukan Marco, kakak dari sahabat kecil sekaligus tetangganya dulu, yang selalu menjadi topik utama atas seseorang yang seringkali dibanding-banding kan oleh Papa dengannya. Marco, anak teladan yang menjadi kebanggaan keluarga sebagai keturunan berguna yang mau meneruskan bisnis papanya. Dyo kan bukan dia, mengapa terus membandingkan keduanya?

Dengan rasa sebal Dyo yang awalnya tidak pernah berpikir mau menghabiskan liburan di Indonesia, memesan tiket pulang tanpa sepengetahuan siapapun dan sengaja menghubungi Gracia untuk menjemputnya di Bandara, biar dia gak kesepian gitu loh. Sudah sendirian kesini, tanpa sambutan hangat sanak keluarga yang mengetahui perihal kepulangannya, kedatangan Gre dapat menghibur hati Dyo. Beruntung dia punya sahabat yang solid semacam Gre, yang segera menawarkan diri tuk menjemput saat pertama Dyo memberitahu soal liburan pelariannya sementara waktu di Ibukota.

Dyo sedang berhenti berjalan untuk melihat ke sekeliling begitu ia keluar dari pesawat, dengan ransel hitam besar yang digendongnya, ia tersenyum saat mendengar teriakan itu.

"DYO!!!"

Tubuh Dyo berbalik dan tepat pada saat yang sama, dia melihat tubuh kecil itu begitu antusias saat melambaikan tangan sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.

"GRACIA DI SINI!!!" Teriak gadis itu sambil tersenyum lebar.

Dyo sudah mengambil langkah saat ia melihat seseorang di sebelah Gre berdecak, memperlihatkan ekspresi tidak suka di wajahnya, lalu menarik turun gerak tangan Gre dan menggenggam tangan kecil itu di samping tubuhnya.

Kini, cewek di samping Gre itu mendongak, menatap ke depan, ke arah dirinya dengan tatapan yang sangat tajam. Seperti sebuah laser.

Dyo tidak terlalu memperdulikannya. Lirikannya kepada Shani pada saat itu bahkan hanya terhitung terjadi selama beberapa detik saja. Ia malah merentangkan tangan setibanya berdiri di hadapan Gre, memberi postur tubuh yang seolah berkata 'gue kangen banget sama lo.' Dan memang begitulah kenyataannya. Ada kerinduan yang tiba-tiba menyeruak hadir saat kita melihat dan bertemu kembali dengan kawan lama.

Gracia dengan suka cita juga sudah mau membalas pelukan itu. Tapi, itu semua tidak terjadi selama Shani menahan tangan pacarnya lalu berdiri di tengah-tengah mereka. Satu langkah lebih dekat dari jarak Gre terhadap Dyo. Shani melihat Dyo dengan tatapan mencurigakan. Ia menjadikan tameng dengan dirinya sendiri untuk mendorong Gre mundur dan membuatnya berhadapan langsung secara face to face dengan sahabat kecil pacarnya ini. Sungguh mengesalkan, pikir Shani.

Dyo tidak setampan yang ia kira ternyata, tapi wajah tegasnya sedikit menyembunyikan karisma pria dewasa yang membentuk garis wajahnya. Tubuh Dyo juga cukup atletis, tipikal seorang cowok yang selalu berolahraga tiap pagi untuk sekedar jogging meski hanya selama beberapa menit. Ia juga tinggi, dan wanginya lumayan. Setidaknya Shani pikir, Dyo tidak se alay yang dipikirkannya. Karena bagi Shani, teman-teman Gre pasti seperti Okta, yang sifatnya sebelas duabelas juga sama Gre. Alay.

Pacar Shani ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang