Shani tidak tau harusnya ia lebih mendominankan perasaan sedih atau bahagia. Oke dia bahagia rencananya perihal Dyo berjalan semulus jalan tol. Tapi, di sisi lain ada sesuatu yang mengganjal kebahagiaannya. Bagaimana tidak? Semingguan ini Gracia sedang menghindarinya. Siapapun bisa melihat itu.
Contoh sederhana adalah, Gre tidak mau diantar jemput Shani. Takut merepotkan katanya. Kan buat pacar sendiri meski dijadiin sopir, tetep gak akan ada kata repot ya. Gracia juga menolak secara sering rencana jalan bareng. Bilang dia sibuk, lagi ada tugas banyak, lagi ada tugas kelompok, bahkan lagi pergi ke minimarket karena disuruh Shania beli margarin. Nenek-nenek buta juga tau kalau Gracia sengaja berbohong demi tidak sering-sering bertemu Shani.
Mungkin ini masih berdasar pada masalah yang sama.
Gracia masih dilema.
Gracia masih gak percaya dikhianati sahabat deket sendiri.
Gracia masih butuh waktu buat ngobatin rasa sakit hati.
Tapi kan, Shani yakin ia bisa mengobati semua luka itu?
Kenapa Gre tidak memberikannya kesempatan, namun malah menjauh?
Sekarang saja, setelah menutup telfon dari Naomi ia berharap dengan sangat kali ini Gre tidak menutup hati sebelum Shani membuka knop pintunya -jika kalian bisa paham apa maksud dari pernyataan itu.
"Halo?" Jawab Gracia.
Yang ingin sekali Shani jawab juga dengan kalimat yang out of nothing, 'Gre, aku rindu.' Tapi karena itu sangat Dilan sekali dan bukan gaya dia banget jadi Shani lebih memilih kata yang cocok untuknya.
"Aku kangen," Shani lalu diam sebentar, "Kamu tahu gak aku kangen?"
"Kak-"
"Jalan yuk? Pagi ini free kan? Ini kan hari libur, sunday morning masa' kamu masih sibuk sih?"
Ini kalau Gracia masih ngeles, keliatan kan bohongnya. Shani memang sengaja membuatnya merasa terpojok.
Shani mendengar nada batuk dari sana sebelum terdengar suara, "Tapi aku sakit."
"Sakit apa?"
"Hati aku masih sakit. Tapi fisik aku juga ikut-ikutan." Gracia tertawa garing. Kali ini Shani tidak ikut tertawa karena baginya itu tidak lucu. "Gak parah sih, cuma aku takut kamu nanti ketularan."
Alasan yang bagus Gre, pintar sekali mulut kamu ini, Shani jadi gemas.
"Maaf Kak, soalnya akhir-akhir ini aku suka diomelin Kak Shania juga gara-gara sering telat makan dan kurang istirahat. Kata dokter aku lagi banyak pikiran."
"Gak kaget sih, kamu kan bebal gitu kalau dikasih tau." Jawab Shani kalem tapi dalam hati pengen mencak-mencak.
"Yaudah aku istirahat dulu ya. Kalau udah baikan aku nanti nelfon kamu."
Oh ya?
Tuuuutt Tuuuutt
Shani menatap nanar ponsel yang tergeletak di atas meja itu. Ke-bullshit-an macam apalagi yang terjadi dalam hubungan mereka berdua?
Shani menunduk, ia selalu merasa gagal pada hubungannya, entah apa sebutan yang pas bagi relationship yang dijalaninya sekarang, Shani tak peduli. Yang ia mau Gracia peduli.
Peduli pada perasaannya.
Sekali itu terjadi, itu pun tidak untuk selanjutnya.
Shani menangkupkan wajahnya pada kedua lengan yang ia tumpuk jadi satu, membenamkan ekspresi kekalahannya di atas meja di pagi yang hening itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Shani ✔
Fanfiction[COMPLETED] "Gre, she loves you" "Who?" "Kalva Shani Indira. Siapa lagi?" "So.... What? Rasa suka aku udah hilang semenjak aku tahu siapa Kakak yang sebenarnya" ### Menjadi pacar Shani mulanya membuat Gracia hanya merasa muak. Tidak sampai ia tahu j...