Shani sedang berjalan menuju lift sambil berbicara lewat ponsel di telinga.
"Iya Sayaaaang, paham. Dyo gak bakal kenapa-napa kok. Kan kamu tadi udah mukulin dia. Jadi giliran aku dong, aku juga terlibat dan punya hak untuk itu. Tenang aja gak bakal aku bunuh."
Demikian Shani mengobrol dengan santai seolah ia sedang membicarakan sepatu dari online shop mana yang akan ia beli bulan ini.
Shani menekan tombol setelah masuk ke dalam lift sendirian.
"Iya gak bakal aku bunuh. Mungkin dia cuma akan aku usir dan aku peringatkan untuk pulang ke tempat asalnya secepat mungkin. Biar dia gak ganggu kita lagi. Dan, kamu gak perlu liat dia lagi selamanya setelah ini." Ucapnya dengan arti yang tersirat.
"Kamu udah bilang berapa kali sih soal hal itu? Kamu gak suka aku jadi pembunuh, iya aku tau. Aku cuma mau melampiaskan amarah aku aja, apa salah? Elaine sama Nadse bahkan aku masukin ke rumah sakit. Masa' aku biarin dia sehat?"
Maaf aku bohong, Gre.
Kamu yang bilang sendiri, jika aku berbohong sama kamu, itu berarti hal yang terbaik buat kamu. Aku bukannya bermaksud jahat, atau egois. Tapi, ini Dyo. Aku gak mau kamu sakit lagi gara-gara dia. Nangis kejer kayak tadi, cuma gara-gara dia... hati aku sakit liat kamu kayak gitu. Aku juga pengen bikin dia kualat. Kamu dengan caramu, aku dengan caraku.
"Mana mungkin sih Greee. Lagian, gak seharusnya kamu perlu khawatir sama dia. Lihat apa yang udah dia lakukan ke kamu selama ini." Hasut Shani.
Dyo adalah alasan di balik pertengkaran yang lebih sering terjadi. Dan entah berapa kali Shani dibuatnya cemburu waktu dulu. Bisa jadi juga Gracia dapat dibuatnya cemburu karena rasa sukanya yang berlebihan itu kepadanya, yang mana tidak pernah gagal membuatnya merasa jijik.
Shani tahu jika sedari tadi saat Gre berhadapan dengan cowok itu, Gracia sengaja terus mengucapkan kata yang seolah mengkode jika Dyo akan berakhir terbunuh kepada orang yang bersangkutan. Ia mendengar sendiri semuanya lewat earphone. Tapi, Shani juga tahu jika Gre tidak serius mengucapkannya. Ia hanya berniat menggertak dan mengancam agar Dyo lebih merasa takut.
Maka dari itu, mungkin saja suatu saat nanti, Gracia akan tahu tentang kabar mengenai kematian Dyo. Dan mungkin suatu saat nanti, Gracia bisa saja sejenak merasa benci karena telah dibohongi. Tapi, ada Shani di sini yang akan selalu meyakinkannya. Karena Shani tak mau Gracia terluka. Dan ia hanya mengurangi potensi akan hal tersebut, melalui Dyo, salah satu orang yang selama ini melukainya.
Pintu lift terbuka dengan suara pelan. Melihat lorong apartemen yang sepi dan hening di depannya, Shani bersyukur ia menyewa tempat yang kedap suara.
"Iya aku akan selesaikan ini. Abis itu aku tidur. Kamu juga tidur yang nyenyak ya, jangan cemas sama Dyo. Kamu cuma boleh cemas sama satu orang aja, dan orang itu adalah aku."
Shani melangkah tegas menuju apartemennya, unit bernomor 38. Akan menjadi saksi bisu tempat kesekian untuknya menuntaskan hobi masa lalunya.
"Hm, memang aku posesif. Goodnight, sweetheart." Ucapnya sambil membuka sebuah pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Shani ✔
Fanfiction[COMPLETED] "Gre, she loves you" "Who?" "Kalva Shani Indira. Siapa lagi?" "So.... What? Rasa suka aku udah hilang semenjak aku tahu siapa Kakak yang sebenarnya" ### Menjadi pacar Shani mulanya membuat Gracia hanya merasa muak. Tidak sampai ia tahu j...