Saat itu, Gracia sedang ada di dalam taksi online bersama Bunga, sudah pukul 2 dan ia pun juga mulai merasa ngantuk. Gre terus menatap keluar lewat jendela. Penat yang membuatnya lelah seusai jalan-jalan ke sekeliling kota bersama sahabatnya. Matanya yang indah itu tak sengaja menangkap bayangan sosok yang berjalan sempoyongan dari suatu klub malam. Dia familiar dengan orang itu, orang yang sedang ambruk di pinggir jalan yang sepi.
"Pak, Pak stop deh. Bentar, itu kayaknya ada temen saya butuh pertolongan. Tunggu di sini ya Pak," Gre menoleh kepada Bunga yang entah sejak kapan sudah pulas disampingnya. "Temen saya juga biarin tidur aja dulu."
Apa yang Shani pikirkan hingga dia memutuskan mabuk dan hampir pingsan di pinggir jalan?
Gracia keluar dari mobil, menyebrang jalan yang sepi lalu berlari menahan tubuh Shani dan memapahnya sampai dibawanya pulang ke rumah.
Bunga sudah terlebih dulu bangun dan pulang dengan selamat sampai tujuan, meski ia begitu kaget ketika bangun dan sadar dengan keadaan Shani. Beruntung Kak Shania sudah tidur, sehingga Gre tidak merasa perlu mengarang jawaban jika ditanya soal kondisi pacarnya yang sekarang sedang sangat kacau.
Ugh, susah juga bawa orang mabuk buat jalan. Jadi karena kamar Gre ada di lantai dua, lebih baik ia menaruh Shani di lantai satu agar mengurangi resiko jatuh saat melewati tangga.
Dengan gumaman-gumaman tidak jelas dari mulut Shani, Gre membaringkannya di atas sofa. Bau alkohol tercium dari jaket Shani yang dilepaskannya. Apakah itu whiskey, atau vodka? Gracia juga tidak tau bagaimana cara membedakannya. Apa yang sedang terjadi pada pacarnya? Padahal, beberapa jam yang lalu ia bahkan baru mendapat chat balasan dari Shani yang membuat Gre tak tau harus merasa lega atau merasa aneh.
Kalva_Shani : Iya gpp, have fun yah :)
Lega karena Shani tidak terlihat marah, seperti biasanya. Dan aneh karena disaat ia sudah bersiap mendapat balasan kekesalan atau apa, Shani malah bersikap terlalu baik kepadanya. Kayak bukan Shani gitu. Padahal Gre baru saja membatalkan janjian loh ini.
Shani masih menutup mata saat Gre membuka sepatunya satu per satu, mengambil bantal dan selimut lalu mengkondisikannya di badan Shani. Dengan lembut Gre mengangkat kepala Shani, lalu menumpukan bantal di bawahnya. Dan kenyamanan itu membuat Shani sedikit membuka mata, "Kamu?"
Gre sedikit terkesiap. "Hm?"
"Cantik pakai dress itu." Lirihnya. Dengan kedua mata sayu dan ucapan yang tidak terlalu jelas.
Tapi, cukup jelas untuk didengarkan oleh telinga Gre. Apakah Shani memperhatikannya?
Gre menggigit bibir bawahnya, sangat merasa bersalah. Memakai dress pemberiannya tapi membatalkan janji makan malam dan Shani tahu itu -meskipun ia sedang mabuk- rasanya sesak saat tau ia telah membuat satu hati merasa kecewa.
Jadi karena itu ia bertanya, "Kenapa harus mabuk sih Kak?"
"Hm? Karena cuma dengan itu aku bisa lupa sama kamu."
Gracia menaikkan satu alisnya, apakah ia tidak salah dengar. Aku?
"Hah?"
"Bukan aku orang yang batalin janji malam ini tapi dia pergi sama yang lain. Diphp-in gak ada yang enak Gre."
Gracia merasa buruk dengan dirinya sendiri.
"Maaf. Aku kan udah minta maaf. Jadi, karena itu Kakak masuk ke bar?" Tanya Gre dengan nada menyesal. Ia tidak tau akan sampai begini jadinya.
"Memangnya karena apalagi? Kamu selalu gak sadar sama perbuatan kamu. Kamu selalu bikin aku gila. Aku takut, aku takut menghadapi kenyataan, kalau cuma aku yang merasakan itu semua sendiri." Shani menggeleng pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Shani ✔
Fiksi Penggemar[COMPLETED] "Gre, she loves you" "Who?" "Kalva Shani Indira. Siapa lagi?" "So.... What? Rasa suka aku udah hilang semenjak aku tahu siapa Kakak yang sebenarnya" ### Menjadi pacar Shani mulanya membuat Gracia hanya merasa muak. Tidak sampai ia tahu j...