Part 41

11.9K 898 131
                                    

Jalanan sepi sekali.

Apa karena sudah lewat tengah malam?

Dengan keheningan itu Shani sengaja mengambil ponselnya untuk menelfon seseorang dan membiarkan dirinya menyetir dengan satu tangan.

"Iya. Lakukan saja semua yang saya minta. Gak perlu tunggu besok, atau nanti. Sekarang!" Tegasnya menekankan setiap nada.

Dan music rock itu samar-samar masih terputar pelan.

Jika sudah seperti ini, kemarahan yang tidak bisa dibendung lagi, harus segera dilampiaskan, bukan?

Selesai urusan dengan benda persegi itu, Shani melemparkan ponselnya ke atas dashboard.

Seharusnya tidak ada yang boleh berani bermain-main dengannya.

Tidak dengan Elaine, apalagi Dyo, tidak juga dengan sepupunya sendiri, Nadse.

Jika saja mereka tau apa yang akan mereka hadapi, resiko mengerikan yang kan terjadi dalam hidupnya. Mereka pasti akan menyesal pernah memilih keputusan itu.

Keputusan untuk menantang dirinya.

Shani menoleh ke arah samping. Pada kursi penumpang di sampingnya, gadis yang dilihatnya memejamkan mata dengan nafas teratur.

Apapun alasan yang mereka lakukan untuk menantangnya, mereka bersalah telah membuat hati Gracia terluka.

Dan membuatnya teramat marah karena telah melibatkan hubungannya untuk jadi taruhan.

Serta kesalahan itu, harus ada seseorang yang dapat menyadarkan mereka dengan hukum karma.

Cocoknya, seseorang itu adalah dirinya.

Shani menekan pedal gas dan mempercepat laju kendaraan. Meski begitu, ia tetap mengendarai mobilnya dengan mulus. Kedua tangannya menggenggam erat-erat stir mobil, seperti sisi Alva sudah bangun dalam dirinya.

Tatapan tajam cewek itu menyisir jalan di depannya.

"Tenang Sayang, seperti yang tadi aku bilang, kita cuma akan menunggu dan melihat hasilnya nanti." Bisiknya dengan senyum miring yang menghiasi wajah.

Seperti sebuah rencana yang sudah ada di kepala, akan segera dilakukannya.

***

Dyo sedang termenung, duduk di atas sofa. Kedua tangannya menumpu pada lutut sedang sedari tadi hatinya yang tak bisa tenang membuatnya tak tau harus melakukan apa. Mana mungkin ia bisa tertidur nyenyak malam ini?

Menghadapi efek kegagalan adalah hal yang lebih mengerikan dibanding kegagalan itu sendiri.

Televisi terputar dengan bunyi semut dan layar abu-abu yang tak jelas.

Volume pelan TV itu samar-samar terdengar di telinganya yang sedang tak fokus. Pikirannya tak bisa diajak kompromi untuk berkonsentrasi dengan keadaan sekitar.

Gerimis sepertinya mulai turun, dan Dyo menghembuskan nafas perlahan dari mulut.

Dyo hanya... mencintai seseorang. Dan yang ia inginkan hanya orang itu meski orang yang dicintainya tak menginginkannya. Manusia memang tak bisa lepas dari keegoisan.

Can you feel that?

Kekuatan egois bisa membuat rasa takut menghilang.

Itu kenapa dia berani berbuat sejauh ini.

Tentu ia tahu apa yang akan ia hadapi.

Seperti monster yang kan terbangun dalam diri Shani.

Itu sebabnya ia bersikap sangat hati-hati.

Pacar Shani ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang