'Pukul 18.00 WIB, di Jalan *** Telah ditemukan seorang pria yang terbunuh secara sadis. Korban dinyatakan berinisial WA. Seorang mantan bodyguard perusahaan barang elektronik Piccaso Group. Ia baru saja dipecat beberapa hari yang lalu karena kecerobohannya yang membahayakan CEO-nya saat sedang melakukan perjalanan luar negeri menuju Singapura.
'Korban dibunuh secara naas. Dengan luka lebam di sekitar wajah, bekas tusukan pada lengan dan dada kirinya yang tepat mengenai jantung. Dikabarkan ini merupakan pembunuhan berencana, namun karena tak ada saksi mata yang melihat, polisi dikabarkan sulit mengidentifikasi peristiwa kriminal itu.'
'Rendra, selaku perwakilan dari Piccaso Group menyatakan saat diwawancarai oleh media, "Peristiwa ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan kami, dia terbunuh oleh seseorang. Siapapun, tak akan ada yang tahu dan bisa menebak siapa seseorang itu. Karenanya, dari pihak Piccaso Group menyatakan ikut berduka cita kepada mantan pegawai yang sudah bertahun-tahun mengabdi kepada perusahaan kami. Dan semoga pelaku kejahatannya bisa cepat ditemukan. Terima kasih,"
'Diperkirakan, peristiwa itu terjadi sekitar beberapa jam yang lalu, barang bukti yang diamankan adalah sebuah ponsel. 2 bungkus martabak bermerek sama, milik pedagang kaki lima di kawasan pinggir jalan *** yang berceceran, satu buah kulit pisang serta beberapa jejak kaki di TKP. Korban bernama WA kini tengah diotopsi. Rencananya, korban akan dipulangkan kepada pihak keluarga dan dikuburkan di kediamannya. "Saya gak tau ya Mbak, yang beli martabak saya kan orangnya banyak, apalagi yang 2 bungkus, semua muda-mudi umumnya beli segitu, saya gak mungkin hafal sama wajah-wajah mereka. Jadi, saya juga gak tahu siapa pelakunya." Begitu komentar Bapak Herman, selaku penjual martabak yang ikut termasuk sebagai barang bukti.'
'Berikut merupakan biodata dan ciri-ciri korban...'
Okta membalik ponselnya, tanpa punya keinginan membaca lebih lanjut. Hatinya terguncang lagi-lagi oleh peristiwa yang sama. Orang yang disayanginya membuat satu kesalahan, lagi dan lagi. Tak ada rasa kapok. Batin Okta jadi bertanya-tanya. Kapankah semua ini dapat berakhir?
Okta menggeleng. Ada Gracia disini. Ia tak boleh terlihat bersikap tidak baik-baik saja meski kenyataannya memang begitu. Dia memang harus selalu siap dengan kejadian seperti ini. Menyiapkan hati dan mental. Setidaknya ia bersyukur, kakaknya hanya terluka kecil, sayat-sayatan itu, selainnya, kakaknya baik-baik saja.
Dan yang terpenting, dia sudah mau percaya dengannya dengan mengatakan hal yang sebenarnya. Dia sudah jujur kepadanya.
Sedangkan dari lubuk hati yang paling dalam, Okta sangat menghargai kejujuran itu.
***
Gracia keluar dari kamar mandi, "Hm, lega. Untung aja gue gak pipis di celana."
Saat ia melewati ruang keluarga, Gracia melihat seorang wanita yang tengah menonton sebuah berita di TV, mungkin itu mamanya Okta, pikir Gracia logis.
'Berita hari ini, telah terjadi pembunuhan di kawasan Jakarta yang menghebohkan banyak pihak. Setelah berita pembunuhan yang terjadi beberapa bulan yang lalu, kini peristiwa naas itu juga terjadi pada korban berinisial WA di lokasi kejadian yakni di jalan *** alamat tempat tersebut. Pihak yang berwajib telah datang ke TKP dan memasang garis polisi, korban berjenis kelamin pria yang diperkiran berumur 30-an itu dinyatakan terbunuh dengan luka lebam dan dua tusukan di tubuhnya...'
Mengetahui lokasi kejadian, Gracia segera mengambil ponsel di saku seragamnya, dan menelfon kakak perempuannya. "Kak Shania angkat dong.." Gracia menggigiti ujung kukunya. Lokasi itu dekat dengan GI. Kakaknya tadi pergi ke tempat yang sama. Bagaimana dirinya tidak merasa khawatir?
"Ponsel lo bener-bener lo matiin ya?" Gumam Gracia setengah kesal setengah ingin menangis.
'Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif..'

KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Shani ✔
Fanfic[COMPLETED] "Gre, she loves you" "Who?" "Kalva Shani Indira. Siapa lagi?" "So.... What? Rasa suka aku udah hilang semenjak aku tahu siapa Kakak yang sebenarnya" ### Menjadi pacar Shani mulanya membuat Gracia hanya merasa muak. Tidak sampai ia tahu j...