haihaiii💚 baik bgt kaan aku update lagi🤪 kalian kasih comment sesuai target sihh🥰
udah vote belum?
vote duluuu!
Chel tantang 1k comment bisa gak? hrs bisa yaa🤪
happy readiiingg✨
***
"Eh sorry sorry, kalian abis ngapain tadi? Gue baru selesai susulan ujian sejarah," ujar Sanchez mendatangi meja kawan-kawannya di kantin.
"Abis adain take me out di lapangan," jawab Ray. "Lumayan, Zevano dapet."
Sanchez berangguk-angguk seolah udah gak heran lagi dengan tingkah mereka. "Pantes tadi di ruang guru kalian diomongin."
"Lo beneran mau pepet Rivera?" tanya Archie pada Zevano.
"Iya, nanti mulai pulang sekolah gue chat deh anaknya," ujar Zevano setelah menelan kunyahan. "Doain yang terbaik ya."
Archie terkekeh. "Najong lebay banget."
Sanchez duduk di sebelah Alvarez, sebab cuma di situ tempat duduk yang tersisa. Ia menepuk ringan paha cowok itu. "Kagak makan?"
"Enggak."
"Ciaelah perhatian amat lo," ledek Ray cekikikan tapi tak diacuhkan.
Sanchez bertanya lagi, "Masih berantem lo sama Athena?"
Alvarez melirik Sanchez dari ujung matanya. "Seneng ya gue ribut?"
"Sensi banget anjir orang cuma tanya," ucap Sanchez berdesis. "Si Athena tuh butuh lo ngomong baik-baik ama dia. Bicarain lah kalo lo udah gak emosi."
"Tau lo jangan malah ikut marah! Udah kayak emak gue aja lo tukang ngomel!" timpal Archie menyuduti.
"Jangan ikut-ikutan," bisik Ray memberi tahu. "Nanti kena lauu."
"Dia cerita apa aja ke lo?" Alvarez bertanya kemudian.
"Gak cerita apa-apa."
"Jangan bohong, nanti lo disundut loh pake puntung rokok!" kompor Ray langsung ditoyor Archie. Padahal dia sendiri yang ngelarang buat ikut campur!
"Gue serius, gue cuma tau kalo dia kesel," tambah Sanchez biar makin clear.
"Ooh gitu." Alvarez mengangguk. "Kemarin Athena makan bakso sambelnya berapa sendok?"
"Dibahas mulu si mongki," cetus Zevano menertawai Alvarez.
"Segayung Al segayung," jawab Sanchez capek. "Jangan ngada-ngada dah lo ya, gak mau debat gue."
"Lah kan cuma tanya," balas Alvarez cepat. Sesungguhnya, kemarahannya pun gak tersulut besar karena itu. Atau mungkin bisa disebut sudah mereda sekarang.
Sanchez memaparkan, "Gue cuma nemenin si bocil makan doang gak ngapa-ngapain. Udah gitu kesian kan kalo gue nolak. Dia kelaperan habis pulang ekskul. Kalo dia mati yang salah siapa juga? Gue."
Alvarez mengulum tawa. Ia menepuk-nepuk punggung Sanchez. "Tenang, tarik napas dulu. Gue ngerti kok."
Melihat Alvarez begitu, rasanya Sanchez mau melempari cowok itu dengan kursi. Tengil luar biasa dan bikin deg-degan. Gak ada yang tahu cowok itu lagi mau marah atau bercanda.
"Tapi kalo sampe Athena jadi demen sama lo, gue marah sih," embel Alvarez.
"Aminin ga gaes?" cetus Sanchez langsung ditimpuk Alvarez.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVAREZ [SELESAI]
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] | LENGKAP *** 𝗩𝗔𝗚𝗢𝗟𝗔𝗭𝗘𝗥: "BUKAN LAWAN, BUKAN TEMAN. KAMI BERJIWA KEKELUARGAAN!" "Eh, Kumel! Lo gak punya kesadaran diri buat minta maaf ke gue? Lo udah nuduh plus nampar gue di depan orang-orang. Lo juga nantang-"...